Mantan
Masa SMP adalah masa dimana
seseorang telah mengalami masa pendewasaan, dimana saat seseorang merasakan cinta monyet. Empat orang sahabat
telah bertemu sejak SMP, dan disaat memasuki SMA mereka semua berpisah sekolah.
Eni mendapatkan SMA Negeri di Jakarta, Ida mendapatkan SMA Negeri di Medan, Ila
dan Sani melanjutkan di SMK namun dengan jurusan yang berbeda. Mantan pacar Ida
yang dulunya satu SMP dengan mereka semua, masuk di sekolah yang sama dengan
Eni, SMA Negeri di Jakarta. Mantan pacar Ida itu bernama Widi, dan ternyata
Widi dan Eni mendapatkan kelas yang sama. Di saat itu, Eni tidak pernah
mengetahui mengapa Ida dan Widi berpisah. Widi dan Eni pun berteman dengan
baik, dan rumah mereka tidak terlalu jauh sehingga mereka berangkat ke Sekolah
bersamaan.
Ida yang sekarang sudah memiliki
pacar baru dari SMA Negeri di Medan, selalu membuat status-status di facebook
tentang pacar barunya itu. Semua sahabat Ida senang melihat Ida senang dengan
pacar barunya, dan berharap Ida tidak pernah bersedih karena pacarnya itu.
Namun, beberapa bulan lamanya mereka pacaran ternyata Ida membuat status-status
sedih yang membuat hati sahabatnya Eni menjadi kesal dengan pacar Ida. Muncul
pula Widi, sang mantan dari Ida saat SMP yang koment di status Ida itu. Entah
siapa yang memulai perang, yang jelas terjadilah suatu keributan di facebook.
Pacar Ida mulai berkata-kata kasar kepada Widi, entah berawal dari apa semua
keributan ini. Bagaikan perang di dunia maya, balas-membalas perkataan yang
tidak pantas. Membuat Eni ikut emosi, dan membela Widi. Widi pun
membangga-banggakan pacarnya yang sekarang, begitu pula Ida membangga-banggakan
sang pacar yang sekarang. Eni datang bukan untuk membela siapa dengan siapa,
tetapi Eni datang hanya sebagai penengah agar tidak berkelanjutan masalah yang
sepele dan tidak penting ini. Tetapi respon dari pacar Ida yang berkata kepada
Eni, “Apa sih loh, ikut camur urusan orang aja”. Sontak membuat Eni emosi dan
emosi pun memuncak terus berkelanjutan. Eni membalas kepada pacar Ida,”Bukan
mau ikut campur, tapi aku ga mau melihat sahabatku terus-terusan sedih karena
pacarnya yang selalu dibangga-banggakan. Kalaupun sahabat aku bahagia dengan
pacarnya, ga akan aku ikut campur seperti ini. Ini aku lakukan karena aku sayang
sama sahabatku Ida, yang sekarang pacar kamu itu. Aku juga datang dengan maksud
baik, kenapa malah di salahkan seperti ini”.
Yang membuat kekesalan bertambah
disaat Ida lebih membela pacarnya dari pada Eni yang jelas-jelas bermaksud baik
untuk Ida. Maksud baik seseorang belum tentu dianngap baik oleh orang lain. Ida
pun membalas perkataan Eni di facebook, “Ini kan masalah aku ni, ga usah
ikutcampur. Urusin aja teman kamu itu si Widi, ajarin omongan yang bener,
ngomong sembarangan aja. Lagipula mau aku seneng atau sedih ya itu urusan aku,
orang pacar aku juga udah berubah jadi lebih baik. Dan aku ga akan mau nikah
kalau bukan sama dia”
Widi pun membalas perkataan Ida,
“Udah ni, emang dia sekarang udah berubah malah sama kamu yang sahabatnya
sendiri aja dia bisa ngomong begitu. Niat baik kamu malah dibilang ikut campur
sama mereka. Udah biarin aja kalau sampai dia ga bisa nikah bareng itu cowo,
dia bakalan jadi perawan tua. Omongan dia tuh yang sebenarnya yang ga bisa
dijaga. Kaya yakin aja dia jodohnya. Kasian aku ni sama sahabatmu yang satu
itu, udah bener-bener berubah banget semenjak pacaran ama tuh cowo.”
Memang benar perubahan itu nyata
apa adanya, dulu disaat mereka bersama di SMP. Empat sahabat ini selalu
bersama, ke kantin bersama, ke kelas bersama, jalan ke gerbang bersama, semua
aktifitas di sekolah dilakukan bersama-sama. Sering sekali mereka pergi ke Mall
untuk foto-foto box, makan-makan dan bersenang-senang bersama, tidak pernah
berkata jelek sedikitpun, selalu berkata baik dan sopan. Justru disaat ini
semua berubah, yang dulunya tidak pernah berkata jelek sedikitpun, sekarang
selalu berkata tidak baik dan tidak sopan. Eni berusaha untuk bersabar namun
melihat sahabatnya yang sekarang benar-benar berubah hanya karena seorang cowo,
Eni berusaha untuk merubah Ida seperti dulu lagi. Ida yang berkata sopan, baik
dan tidak pernah berkata jelek terhadap sahabat-sahabatnya. Ila dan Sani hanya
bisa diam melihat perang di dunia maya yang Ida dan Eni alami saat ini. Ila dan
Sani hanya berharap masalah ini dapat terselesaikan dengan cepat dan keadaan
dapat kembali seperti semua seperti layaknya sahabat SMP dulu. Eni pun
membalas,”Iya aku tau ini masalah kamu, tapi aku cuma ga mau kamu sedih terus.
Kemarin kamu suruh aku omelin cowo kamu karena udah nyakitin kamu dan itu udah
aku lakukan buat kamu. Sekarang aku baca status-status kamu yang nangis mulu
gara-gara cowo itu ya aku ga bisa diem aja.”
Langsung Ida membalas perkataan
Eni,” Udah deh ni diem aja, kamu tuh ga ngerti apa-apa tentang pacaran. Aku
yang berpengalaman, kamu belum pernah berpengalaman tentang pacaran, jadi
jangan belagu ngerti tentang pacaran deh. Percuma karena aku yang lebih
berpengalaman dari pada kamu. Aku udah berapa kali pacaran sedangkan kamu
belum, jadi kamu ga ngerti apa-apa tentang pacaran. Belum bisa pacaran aja,
udah ngajarin segala. Pacaran dulu sana, biar ngerti”
Kaget rasanya Eni membaca balasan
dari sahabatnya itu, tidak pernah menyangka perkataan-perkataan itu dapat
keluar dari sahabatnya sendiri. Widi pun membela Eni karena Ida sudah kelewatan
berkata seperti itu. Dan pacar Ida ikut membalas dan menjelek-jelekan Eni.
Tentu saja hal itu membuat Eni kesal dan semakin emosi membaca balasan-balasan
mereka. Akhirnya Eni pun membalas,” Iya,aku memang belum pernah merasakan apa
itu pacaran, tapi perlu diinget satu hal. Aku selalu mendengarkan cerita-cerita
curahan hati teman-teman semua, sehingga aku dapat mengerti apa itu pacaran
dari curahan hati teman. Pacaran bukan berarti membuat seseorang mengerti arti
pacaran, pacaran juga dapat dimengerti buat orang-orang yang belum berpacaran
seperti aku. Dengan mendengarkan cerita-cerita teman yang berpacaran membuat
aku mengerti arti pacaran. Jadi jangan pernah bangga dengan pengalaman pacaran
yang banyak. Jusru punya banyak mantan tuh harus malu, karena punya banyak
mantan itu sama saja halnya kegagalan yang selalu diulang-ulang tanpa adanya
perbaikan untuk selanjutnya. Memang anda bangga dengan semua
kegagalan-kegagalan yang sering anda alami selama berpacaran? Seharusnya anda
malu bukan dengan kegagalan yang selalu diulang-ulang? Aku belum berpacaran
karena aku ga mau banyak kegagalan, aku mau serius dalam pacaran dan
berkeinginan pacar pertama untuk terakhir. Maka dari itu ga segampang kamu yang
gonta-ganti pacar, karena aku bisa menilai mana yang bisa dibilang baik dan
tidak baik. Seharusnya kamu mengerti dari semua kegagalan-kegagalan yang pernah
kamu alami. Dari kegagalan itu dapat kamu ambil hikmah untuk di masa nanti.
Tapi apa yang kamu lakukan sekarang ini sama saja mengulang kegagalan yang
lalu. Mungkin kamu bangga dengan memiliki banyak mantan pacar, tapi aku justru
malu memiliki banyak mantan pacar. Jadi jangan pernah bilang kalau aku tidak
berpengalaman, karena bagi aku pengalaman yang sering sahabat aku ceritakan itu
bisa menjadi pengalaman dan pelajaran buat aku. Jangan terlalu bangga dengan
saat ini sahabat.” Ini balasan Eni untuk Ida, balasan yang sangat panjang untuk
menjelaskan dan menyadarkan Ida sahabatnya itu.
Namun sepanjang lebar itupun tak
membuat Ida sadar bahwa yang ia katakan itu salah terhadap sahabatnya,
sehausnya dia lebih memeningkan Eni sahabatnya tiu dari pada pacarnya. Karena
tidak ada yang namanya mantan sahabat, namun untuk mantan pacar ada. Sudah
jelas sahabat tidak ada kata mantan begitu pula seperti orangtua, tidak ada
yang namanya mantan otangtua. Ida tetap saja memilih dan membela pacarnya dan
selalu saja membangga-banggakan pacarnya itu. Kata-kata tidak sopan selalu saja
terucap dari sahabat hanya karena cowo. Tentu hal yang sangat menyedihkan
mengapa ini dapat terjadi kepada dua sahabat yang dulunya sangat akrab.
Eni berfikir untuk menghapus Ida
dari teman facebooknya, agar masalah ini tidak berkelanjutan panjang. Karena
kalau saja tidak dihapus mungkin perang dunia maya akan terus berlangsung, dan
hal ini tidak diinginkan oleh Eni. Setelah Eni menghapus pertemanan mereka di
faceook, tiba-tiba Ida mengirimkan pesan kepada Eni, “Kenapa ni? Ko pertemanan
kita di facebook dihapus? Takut? Hahhahahahahaha. Baru banget pengen aku bales tuh kata-kata kamu, ternyata
malah udah ga berteman. Hahahahahahaha. Udah segitu aja bisanya?”
Dugaan Eni ternyata salah,
masalah ini tidak selesai dengan menghapus pertemanan di facebook. Eni pun
membalas apa yang dibicarakan Ida di pesan itu,” Ya ampun masih aja dilanjutin,
udah kali ga usah diperpanjang cuma gara-gara cowo doang. Menghapus pertemanan
bukan berarti aku takut sama kamu, tapi aku yang waras mengalah biar masalah
ini cepet selesai. Karena waktu aku akan percuma kalau aku ngurusin sahabat
yang keras kepala dan ga mau di bilangin baik sama aku. Sekarang terserah kmu
mau gimana, aku ga akan ikut campur lagi, entah itu kamu bakalan nikah atau
ngga itu masalah kamu. Tapi amu inget satu hal, kalau kamu ga sama dia, berarti
kamu jadi perawan tua ya. Hahahahaha. Jangan asal ngomong klo masalah begitu,
belum tentu dia odoh kamu. Yaudah aku sibuk, maaf udah ikut campur masalah ini.
Makasi atas ejekan dan caci makinya. Semoga semua ini bisa buat aku ebih dewasa
ngadepin pikiran anak kecil kaya kamu. Selamat berbahagia.”
Tetap saja Ida beranggapan bahwa
Eni takut untuk melanjutkan maslah ini. Dan mereka sahabat yang dulunya dekat
menjadi seperti musuh yang selalu saja menjelek-jelekan. Sedih dan sangat
disayangkan hal ini terjadi hanya karena seorang cowo. Eni hanya bisa berharap
bahwa sahabatnya itu dapat segera sadar dan bisa berubah seperti dulu lagi,
bersahabat sebagai mana mestinya.
Setelah beberapa tahun lamanya,
Eni berkeinginan untuk mengajak pertemanan lagi dengan Ida dan Ida pun menerima
pertemanan itu di facebook. Eni mengawalinya dengan meminta maaf atas
kesalahannya semasa itu dan Ida pun juga meminta maaf atas semuanya. Ternyata
Ida sudah tidak berpacaran lagi dengan cowo itu. Omngan hanyalah omongan, Ida
sudah punya pacar baru dan perkataan dia yang dulu hanya ingin menikah dengan
cowo itu hanyalah omongan belaka. Asalkan tidak jadi perawan tua itu tidak
masalah bukan? Hanya waktulah yang bisa menjawab semua ini. Widi yang saat itu
juga membangga-banggakan pacarnya, ternyata sudah putus hubungan. Apa yang saat
dulu dibanggakan mereka ternyata sekarang hanya menjadi mantan, mantan dan
mantan. Bodoh sekali kalau dulu pernah terjadi keributan hanya masalah pacar
dan menghancurkan sebuah persahabatan yang telah lama terjalin selama SMP itu.
Dan bukti pun terungkap, tidak pernah ada kata “mantan sahabat”, tapi yang ada
hanyalah “mantan pacar”. Apa yang dahulu pernah dibanggakan oleh masing-masing
pasangan ternyata hanya omongan belaka dan tidak dapat bertahan lama sepeti
persahabatan. Persahabatan itu suatu yang sangat berharga dan tidak dapat
digantikan. Teman boleh saja banyak dari berbagai macam pergaulan, tetapi yang
namanya sahabat tidak sebanyak teman, sahabat lebih berarti dari pada hanya
seorang teman. Carilah sahabat yang dapat menerima kekurangan dan kelebihan
sahabatnya yang lain. Carilah sahabat yang mau selalu bersama disaat suka
maupun duka, buka disaat duka dia ada dan disaat duka dia menghilang. Carilah
sahabat yang dapat membangunkanmu disaat kamu terjatuh. Carilah sahabat yang
dapat membangkitkanmu disaat kamu terpuruk. Mencari sahabat tidak semudah
mencari pacar, sahabat harus bisa mendengarkan saran dan kritik dari
sahabatnya. Karena seorang sahabat selalu memberikan yang terbaik unuk
sahabatnya, saran dan kritik yang membangun dan membuat berubah lebih baik. Sahabat
selalu ingin mendengarkan cerita disaat seorang sahabat bersedih. Dan sahabat
tidak menginginkan sahabatnya menangis, seperti yang dilakukan Eni kepada Ida.
Mantan pacar ada, tetapi mantan sahabat tidak pernah ada. Sahabat tetaplah
sahabat.
bicara shbt,inget sahabat" ku yg skrg mencar sndiri" gk tau kmn??
BalasHapusSSNIFF..
Btw ceritanya bgus kak