Rabu, 08 Januari 2014

Who Am I



Who Am I
Kalau berbicara mengenai who am I, mengingatkan saya pada salah satu film yang dibintangi oleh Jacky Chan. Tetapi pada kesempatan kali ini, saya mendapat tugas dari dosen untuk menceritakan siapa saya. Disaat memberikan tugas, Beliau berkata, “semakin panjang yang ditulis, maka semakin bagus nilainya”. Walaupun bercerita tentang diri sendiri ternyata membuat saya bingung harus memulai dari mana, dan yang saya takutkan adalah semakin panjang yang saya tulis, semakin membosankan untuk dibaca. Tetapi harus optimis bisa menyenangkan dan semoga dapat bermanfaat untuk pembaca. Setidaknya dengan ini saya dapat berbagi pengalaman hidup saya selama ini. Mungkin sebelumnya saya pernah menulis artikel mengenai proses kelahiran saya dalam artikel “Mama”, maka saya akan memulainya dari saya sudah terlahirkan di dunia ini. Siapkan minum dan makanan saat membaca ini, karena cerita ini mungkin membuat anda lelah dan lapar, atau bahkan mungkin saja membuat anda tertidur saat anda membacanya. (Wah, seperti hipnotis saja ya. Hahaha)
Pada tanggal 2 Januari 1993, saat adzan maghrib untuk wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya berkumandang, saya telah lahir di dunia. Saya anak kedua dari empat bersaudara. Saat masih bayi, saya hanya beberapa bulan mendapatkan ASI karena mama saya harus bekerja dan menggantikan ASI dengan susu formula. Selama mama bekerja, saya dirawat oleh ayah, karena saat itu ayah belum bekerja. Dan beberapa tahun setelah saya beranjak dewasa, ayah mendapatkan pekerjaan sebagai penjaga toko kaset. Sejak ditinggal orangtua bekerja, saya dirawat oleh nenek yang biasa dipanggil mbah (panggilan nenek untuk orang Jawa). Selama dirawat mbah, saya setiap pagi diajak untuk ke pasar Kampung Melayu, bukan untuk berbelanja tetapi  karena mbah berjualan sayur di pasar dan saya terpaksa diajak karena tidak ada yang bisa menjaga saya selain mbah.
Setiap pagi, mbah berangkat ke pasar menggendong saya dan menaiki kendaraan umum. Mungkin saya hanya ingat sedikit masa-masa itu, saya cenderung diam dan tidak rewel seperti anak yang lainnya. Di pasar melihat orang hilir mudik begitu ramai, ketika mulai sedikit siang sudah sepi, lalu saya jalan di dekat mbah berjualan. Terkadang melihat mainan ataupun orang-orang yang ada di pasar. Setelah selesai berjualan, pulang kerumah sama seperti berangkat tadi yaitu digendong mbah dan naik kendaraan umum. Sungguh perjuangan yang sangat saya banggakan dari mbah, rela lelah hanya untuk menjagaku.
Beberapa tahun kemudian, ayah keluar dari kerjaan dan berusaha untuk membuat usaha toko kaset sendiri. Ayah membuka usahanya di Cinere Mall, dan alhamdulillah usaha tersebut berjalan lancar. Sedikit demi sedikit ayah sudah bisa membeli mobil, dan sedikit demi sedikit ayah juga sudah bisa membeli beberapa tanah dan empang di kawasan sawangan. Selain itu, ayah juga sudah bisa mengembangkan usahanya dalam jasa angkutan umum di wilayah sawangan dan angkutan tersebut tidak hanya satu melainkan tiga kendaraan. Setiap minggu, saya dan keluarga selalu datang ke toko dan biasanya saya selalu bermain lari-larian di toko. Pernah suatu hari, saya dan kakak berjalan-jalan di Cinere Mall menaiki dan menuruni eskalator. Saat berada dilantai yang paling atas, saya dan kakak merasa bahwa ada seseorang laki-laki yang memperhatikan kami. Lantas kami langsung lari kembali ke toko dan mengumpat karena takut diculik.
Saat saya sekolah Taman Kanak-Kanak di Wana Jaya, saya selalu berangkat dan pulang sekolah sendiri, tidak manja seperti anak yang lainnya. Mungkin bisa dikatakan saat saya kecil, saya cenderung terlihat seperti laki-laki, karena selalu dengan potongan pendek seperti laki-laki dan bermain dengan laki-laki. Karena saat itu saya berpikir berteman dengan laki-laki tidak akan ada yang marah ataupun menangis karena hal yang sepele. Mungkin karena saya sejak kecil sudah mandiri, membuat saya menjadi lebih terlihat laki-laki. Dan pernah karena hal tersebut, saya ditonjok oleh anak laki-laki yang mengejek saya dan memanggil saya sebagai laki-laki, namun saya tidak membalasnya dan tidak pula menangis.
Saat saya Sekolah Dasar di SDN 20, saya selalu berangkat dan pulang sendiri. Sampai guru ada yang tidak tega melihat perjalanan yang lumayan jauh untuk anak seusia saya saat itu, beliau mengajak saya naik kendaraan umum dan dibiayai oleh beliau. Namun hal tersebut membuat perjalanan sedikit lebih dekat dan tetap harus dilanjutkan dengan berjalan lagi. Saya cenderung dari kecil memiliki sifat, dimana jika saya merasa benar maka saya akan protes jika disalahkan, dan saat ujian beberapa nomer benar namun disalahkan maka saya langsung segera protes. Dan saat saya sakit dan harus dirawat di rumah sakit, saya sempat menggigit tangan dokter karena saat menginfus selalu gagal (untuk kejadian ini, akan saya ceritakan di artikel dikemudian hari). Disaat sakit yang saya inginkan adalah masuk sekolah, karena saya merasa rugi dan akan tertinggal jika tidak masuk sekolah satu hari saja. Karena kebiasaan saya sejak kecil seperti ini, maka setiap ada suatu kewajiban untuk masuk sekolah maka saya akan berangkat sekolah, sekalipun sedang sakit saya cenderung memaksakan diri untuk tetap berangkat sekolah. Mungkin kalau orang lain sakit disuruh tidak sekolah akan senang, tetapi untuk saya disaat disuruh untuk tidak masuk sekolah justru saya menangis sedih karena saya ingin tetap masuk sekolah, ya seperti inilah saya terlambat datang saja saya juga menangis.
Dan pada saat saya kelas lima, saya ditugaskan untuk mengikuti lomba matematika antar Sekolah Dasar lainnya. Alhamdulillah lolos ketahap selanjutnya, namun dari sekian banyak yang ditugaskan hanya saya yang lolos. Kemudian tes selanjutnya saya diantar oleh Bapak Kepala Sekolah saat itu yaitu Bapak Turman Tambun (almarhum). Beliau menemani saya hingga tes selesai, dan saat selesai saya diperintahkan untuk segera pulang naik angkot dan dibiayai. Namun karena beliau tidak tega melihat saya yang terlihat kecil ini pulang sendirian, dan akhirnya beliau mengantarkan saya pulang. Walaupun pulang menggunakan motor dan harus diguyur hujan, alhamdullilah sampai di rumah dengan selamat. Sungguh baik beliau terhadap saya, sampai orangtua saya kaget kalau saya sampai diantar oleh Kepala Sekolah. Sekarang beliau telah meninggal, walaupun saya belum sempat membalas jasa bapak, tetapi tidak lupa saya ucapkan terimakasih telah berbuat baik dan mengantarkan saya sampai rumah. Terimakasih dan semoga diterima amal kebaikannya oleh Allah, aamiin. Selain itu saya juga pernah mengikuti lomba futsal antar SD sampai masuk final dan alhamdulillah juara 3. Saat Ujian Nasional untuk masuk ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, saya diantar ayah ketempat ujian dan saya mengajak teman-teman saya untuk berangkat bersama.
Saat saya lulus dan telah dterima di SMPN 29 Jakarta, saya berangkat dan pulang sendiri menggunkan kendaraan umum. Terkadang harus berebutan kendaraan karena sudah sore dan macet. Tetapi perjuangan tersebut tidak terpikirakan lagi setelah saat Ujian Nasional pelajaran matematika saya mendapat nilai tertinggi karena hanya salah satu saja. Dan foto saya bertuliskan “the best of math” terpajang di dalam buku tahunan sekolah, sungguh suatu hal yang dapat membanggakan orangtuaku. Walaupun saat masa sekolah disini, saya sering sekali untuk dicaci maki hanya karena tidak memberikan contekan saat ujian. Karena saya pikir, kalau saya berikan contekan setiap ujian, tentu mereka tidak akan ada keinginan untuk bisa dalam matematika. Saya hanya bisa bersabar selama itu, dan alhamdulillah saat perpisahan tiba mereka yang selalu mencaci maki saya, meminta maaf atas kejahatan dan kesalahan mereka selama itu. Dan dihari kelulusan, saya mengungkapkan isi hati saya kepada seorang laki-laki yang saya kagumi sejak awal sekolah, dia memang baik dan berakhlak baik kepada siapapun. Walaupun saya yang seorang perempuan ini mengungkapkan perasaan terhadap laki-laki merupakan hal yang tidak biasa dan membutuhkan keberanian yang luar biasa. Setidaknya dengan ini saya mengerti akan keberanian laki-laki dalam mengungkapkan perasaannya terhadap perempuan. Setelah itu saya lulus pada tahun 2008 dan saya telah diterima di SMAN 46 Jakarta.
Pada tahun 2000, mama dan ayah menunaikan ibadah haji. Padahal pada saat itu, kondisi toko sedang tidak stabil. Setelah mama dan ayah pulang dari ibadah haji, cobaan dan ujian datang menghampiri keluarga kami. Dari masalah toko yang pada akhirnya terpaksa untuk ditutup, dan menjual mobil angkutan umum untuk membayar hutang saat mempertahankan toko. Sedikit demi sedikit, semua yang dulu pernah diperoleh habis untuk dijual. Yang tersisa hanya beberapa tanah dan empang yang ada di sawangan. Semasa ayah memiliki uang, mungkin beliau tidak terlalu mementingkan keluarganya, ayah selalu mengutamakan kepentingan orang banyak, menolong orang-orang yang membutuhkan uang dengan tujuan disaat ayah terpuruk maka orang-orang yang dulunya ditolong oleh ayah dapat menolong ayah disaat ayah terpuruk. Namun pada kenyataannya sulit untuk yang sedemikian. Membiayai adik-adik ayah untuk kuliah, membeli motor, urusan pernikahan juga ayah yang membantu. Tetapi saat anaknya yang kuliah, ayah tidak dapat membiayai sepenuhnya karena kondisi yang sekarang ini tidak mendukung.
Pada tahun 2009 ayah mencalonkan diri untuk menjadi anggota legislatif. Segala cara sudah beliau lakukan, sampai mengorbankan tanah untuk biaya beliau menyalonkan diri. Namun, ayah tidak terpilih dan semua yang dulu diperolehnya kini sudah habis. Mobil pun dijual dan diganti dengan motor astrea keluaran tahun 1991 yang umurnya lebih tua dari saya. Setelah itu, kehidupan keluarga berubah menjadi kacau. Pertengkaran orangtua pun sering terdengar dan membuat diantara mereka tidak akur. Karena mama yang mengingatkan ayah untuk tidak mencalonkan, dan mengingatkan ayah untuk menabung agar masa depan anak-anaknya dapat tercapai, itu semua tidak didengarkan ayah. Dan beginilah sekarang kehidupan keluarga, disaat kakak kuliah, saya sekolah tentu membutuhkan biaya yang banyak. Tetapi kenyataannya ayah saat ini tidak dapat memenuhinya, maka dari itu pertengkaran antara mama dan ayah sering muncul.
Saat saya SMA di 46 Jakarta, selama satu tahun saya berangkat dan pulang jalan kaki dengan jarak yang lumayan jauh dan beberapa kali menanjak. Perjalanan sendirian yang membuat saya merasa lelah, mungkin jika perjalan tersebut dilakukan bersama-sama akan tidak terasa lelah. Dan yang pernah saya sedihkan adalah disaat bulan Ramadhan, disaat saya berpuasa dan harus berangkat dan pulang sekolah dengan berjalan kaki, itu merupakan cobaan yang sangat berat bagi saya saat itu. Setiap pulang dengan wajah cemberut karena lelah perjalanan dan berpuasa, saya pun dimarahi ayah karena pulang sekolah dengan wajah yang seperti itu. Ayah bilang, kalau tidak mau seperti ini lebih baik masuk ke pesantren saja dan saya pun hanya diam dan tetap bersabar dengan semua cobaan saat itu. Terkadang setiap malam hari disaat saya tidur, betis kaki saya selalu terasa kencang dan kram, sakit teramat sakit yang menyerang tiba-tiba setiap malam hari dan disaat tidur membuat tidur terganggu. Terkadang sakit yang timbul tersebut membuat saya menangis, karena betis terasa kencang dan urat terasa ditarik-tarik. Ya ini adalah efek karena perjalan ke sekolah yang jauh, terkadang jika saya merasa kaki saya tidak kuat, saya akan pulang menaiki bajai yang biayanya melebihi uang jajan saya saat itu. Untung sejak kecil saya sudah senang menabung, jadi disaat seperti itu saya dapat menggunakan uang tersebut.
Saat saya kelas dua, saya berkeinginan untuk membawa motor ke sekolah agar tidak menyiksa kakiku lagi. Walaupun orangtua tidak memberikan izin karena saya perempuan dan belum memiliki SIM, saya tetap membawa motor ke sekolah. Setahun kemudian saya mengalami kecelakaan kecil saat berangkat sekolah, saat itu jalanan basah setelah diguyur hujan. Saat tanjakan dan berbelok, tiba-tiba saja saya tergelincir dari motor dan terjatuh (untuk lebih jelasnya akan saya ceritakan diartikel yang lebih khusus mengenai hal ini). Setelah mengalami kejadian yang membuat wajah saya terluka dan telapak tangan yang luka akan pecahan kaca spion yang melukai, tidak membuat saya kapok untuk mengendarai motor.
Disaat kondisi orangtua seperti ini, saya merasa membutuhkan seseorang yang bisa memberikan semangat hidup untuk saya, dan saya membutuhkan seseorang yang bisa memberikan kebahagiaan untuk saya. Dan saya berdoa untuk dipertemukan seseorang, dan saat itu saya sedang dekat dengan dua orang laki-laki. Saya meminta petunjuk kepada Allah, apabila diantara mereka ada yang menyatakan cintanya kepada saya maka akan saya terima. Dan pada akhirnya salah satu diantara mereka ada yang mengatakan perasaannya kepada saya, dan seorang laki-laki yang belum sempat menyatakan cintanya kepada saya sangat menyesal dan berkata akan menunggu saya sampai putus hubungan dengannya. Namun semua itu hanyalah kata-kata saja, beberapa tahun kemudian lelaki itu meminta maaf karena tidak dapat memegang perkataannya waktu itu, dan saya pun memakluminya dan saya tidak pernah memaksanya untuk tetap menunggu saya karena ada Allah yang sudah mengatur jodoh untuk umat-umatnya. Sejak saat itu saya mempunyai seorang kekasih, dia adalah orang pertama yang menjadi kekasihku. Walaupun saya bukanlah yang pertama untuknya, setidaknya dia menginginan saya untuk menjadi yang terakhir untuknya.
Beberapa bulan mungkin semua berjalan baik dengannya, dan selanjutnya sedikit membuat sakit hati karena tingkah lakunya namun saya hanya bisa bersabar dan berdoa diberikan petunjuk apa yang harus saya lakukan. Dan alhamdulillah dia dapat berubah menjadi lebih baik dan berusaha membalas kesabaran saya semasa lalu dengan membuat saya senang dikemudian hari.
Setiap sekolah dari kecil saya sudah terbiasa tidak pernah sarapan, dan pada suatu hari saya sedang tidak enak badan, padahal saat itu ada pelajaran olahraga. Dan olahraga hari ini mengambil nilai lari memutari luar sekolah yang jaraknya lumayan jauh melewati rumah-rumah sekitar sekolah sebanyak enam putaran. Saat itu saya lari bersamaan dengan sahabat saya karena saya merasa tidak enak badan, dan akhirnya setelah enam kali berputar dengan diberikan batas waktu tersebut selesailah pelajaran olahraga. Tetapi yang menjadi ramai adalah saat selesai dan saatnya berganti pakaian di kelas, tiba-tiba saya merasa lemas dan dingin sekali badan ini, yang lama-kelamaan saya seperti mati rasa. Hanya bisa meminta tolong sahabat untuk mengoleskan minyak kayu putih dibadan saya, padahal sahabat saya ini tidak menyukai minyak kayu putih namun untuk menolong saya akhirnya dia mau mengoleskannya ke tubuh saya. Benar-benar disaat itu saya merasakan seperti kematiaan yang menghampiri saya, karena baru kali ini saya merasakan seperti ini. Semua teman dibuat panik karena saya, saya tidak mengerti apa yang terjadi pada diri saya dan saya menangis melihat teman-teman menyuruh saya untuk pulang dan saya tetap tidak ini pulang. Akhirnya saya mengeluarkan air mata dan entah mengapa saya merasa sesak nafas dan seperti nafas terakhir untuk saya, teman yang lain juga ada yang menangis karena melihat saya seperti itu. Dan seketika saya seperti mendapatkan nafas lagi dan mengucapkan, “astagfirullahhalazim” dan terus saya mengucapkannya sampai saya merasa sadar dan merasakan kembali tubuh saya. Bagi saya itu suatu pengalaman yang benar-benar berharga, karena dengan itu saya mengetahui begitu banyak yang sedih melihat saya seperti itu dan setidaknya membuat saya semangat untuk hidup.
Alhamdulillah selama saya bersekolah selalu berprestasi, setidaknya dengan ini saya dapat membahagiakan orangtua. Walaupun bukan dengan uang, tetapi orangtua juga dapat bahagia disaat anak-anaknya berprestasi. Setelah lulus, saya bingung antara melanjutkan kuliah atau tidak, karena tidak adanya biaya. Namun ayah berkata, “pokoknya kamu harus kuliah, ayah usahakan bisa membiayai kuliah kamu. Walaupun itu harus merampok sekalipun yang penting kamu bisa kuliah” kata-kata tersebut selalu saya ingat dan hal ini membuat mata saya berkaca-kaca dan tak tertahan lagi untuk menangis (saat menulis ini pun juga membuat saya berkaca-kaca). Dari perkataan ayah membuat aku berpikir untuk kuliah dan bersungguh-sungguh untuk bisa mencapai apa yang sudah diperjuangkannya. Ya mungkin saat ini beliau tidak memiliki uang, namun mungkin saja disaat saya kuliah beliau mempunyai biaya untuk saya kuliah.
Setelah berusaha untuk mengikutin tes masuk ke perguruan tinggi negeri namun gagal, akhirnya saya memutuskan untuk masuk ke Universitas Gunadarma karena kakak saya alumni dari Universitas Gunadarma dan dengan jurusan yang sama juga yaitu akuntansi. Awal masuk kuliah, saya mendapat kelas 1EB08, dimana banyak berbagai macam watak karena mereka juga berasal dari daerah yang beragam. Tetapi anak 1EB08 semuanya adalah anak yang baik dan saya beruntung bisa mengenal mereka semua. Setelah satu tahun berjalan, alhamdulillah saya naik dengan IPK yang memuaskan, saya kaget dan tidak pernah menyangka saya memiliki IPK tertinggi dikelas. Karena IPK tersebut, saya dihubungi oleh pihak Gunadarma untuk mengikuti tes sarmag dan karena dari 1EB08 IPK saya yang tertinggi saat itu maka hanya saya yang diwakilkan untuk dihubungi dan setalah itu saya memberikan kabar gembira untuk tiga orang yang beruntung dari 1EB08 seperti saya. Untuk lebih jelasnya, hal tersebut sudah saya bahas dalam artikel “Sarmag”.
Setelah memilih untuk tetap berada di kelas EB01, saya memiliki teman baru dengan IPK yang menakjubkan sekali. Sungguh beruntung saya dapat bergabung dengan kelas unggulan seperti ini, walaupun terkadang saya merasa saya tidak pantas berada di kelas unggulan ini, tetapi saya yakin bahwa Allah pasti memiliki rencana dibalik semua ini. Dan semoga rencana yang Allah berikan adalah yang terbaik untuk saya, setidaknya dengan ini saya dapat berjuang lebih giat untuk tidak kalah dalam belajar dan terus belajar agar tidak tertinggal dengan yang lainnya. Dan ternyata rencana yang Allah berikan adalah beasiswa, karena beberapa orang yang memiliki IPK tertinggi akan mendapatkan beasiswa prestasi dan alhamdulillah saya mendapatkan beasiswa dan itu merupakan suatu hal yang dapat membahagiakan orangtua dan meringankan beban orangtua, khususnya mbah yang selama ini membiayai kuliah saya dari usaha membuka warung di rumah. Walaupun terkadang persediaan warung sedikit demi sedikit berkurang dikarenakan modal yang ada telah digunakan untuk membayar kuliah saya. Harapan saya suatu saat nanti disaat saya sukses nanti, mbah masih bisa merasakan kesuksesan tersebut dan selalu diberikan kesehatan sampai saat itu tiba, aamiin.
Selama setahun di kelas EB01 unggulan ini, nilai IPK saya menurun karena saya merasa kaget dan tidak percaya diri melihat kelas yang benar-benar memiliki pengetahuan yang sangat luas ini dan rasanya saya tidak pantas berada dikelas unggulan ini. Dan mendapat kelas ini tidak bisa hanya berdiam diri, tetapi di kelas ini harus bisa tingkatkan belajar agar tidak tertinggal. Di kelas ini sangat banyak yang menjadi asisten laboratorium pratikum, walaupun dengan gaji yang kecil setidaknya dapat menambah pengalaman. Dan pada semester empat, saya mencoba mendaftar untuk menjadi penjaga perpustakaan di Kampus H, namun tidak lolos dikarenakan hari yang dibutuhkan saat itu adalah hari dimana saya masuk perkuliahan. Namun saya tidak kecewa dengan hal tersebut, karena mungkin tidak ada rejeki saya disana. Saat kenaikan semester lima, saya mendaftarkan diri sebagai petugas monitoring mahasiswa Universitas Gunadarma, yang biasa disebut dengan Barcode. Setelah mengikuti berbagai tes dan wawanacara, akhirnya saya lolos dan diterima untuk menjadi petugas barcode. Setidaknya memberikan pengalaman lebih untuk saya dan menambah penghasilan juga untuk saya.
Begitulah saya sekiranya, jangan bosan membacanya karena saya belum menceritakan keseharian saya. Kalau masalah keseharian saya hanya monoton dan terbilang sesuatu yang dilakukan secara terus menerus dan berulang-ulang. Disaat jadwal kuliah tiba yang saya lakukan seperti hal biasanya dilakukan mahasiswa yaitu kuliah. Alhamdulillah saya diantar dan dijemput oleh kekasih saya yang sejak SMA dulu itu, karena dia sengaja mengikuti saya masuk ke Universitas dan jurusan yang sama dengan saya, hanya kelas sajalah yang berbeda. Namun jika dia tidak dapat mengantar saya ke kampus maka saya akan berangkat sendiri dengan motor satu-satunya yang keluarga saya miliki, ya walaupun ditertawakan teman hanya karena motor tua, tidak saya pentingkan. Karena saya yakin suatu saat nanti saya akan sukses dari pada sekarang ini, karena sukses sudah dapat terlihat untuk orang-orang yang mau berusaha dan berusaha.
Suatu hari saya mengalami kecelakaan saat berangkat ke kampus, saat itu saya berangkat bersama kekasih saya tersebut. Dulu mungkin dia kuat untuk begadang ataupun kuat untuk tidur larut malam namun semenjak bersama saya, saya merubah sifatnya untuk menjadi lebih baik dan akhirnya dia sudah tidak terbiasa begadang dan tidur lebih awal. Karena dia memiliki kebiasaan seperti ayahnya yaitu tidur saat mengendarai kendaraan. Disaat berangkat bersama saya, saya sudah merasakan kalau dia tidak enak membawa motornya dan saya menawarkan diri untuk bergantian mengendarai motornya. Tetapi yang namanya laki-laki merasa gengsi akan hal tersebut maka dari itu dia tidak ingin untuk bergantian mengendarai motor. Saya hanya bisa seperti biasanya yaitu mengingatkannya jikalau ada suatu bahaya di depan, dan disaat dia sedikit menutup matanya, saya sudah memperingatkan akan bahaya di depan. Namun karena dia kaget saat keadaan mengebut dan di depan ada kendaraan lain, akhirnya dia membanting setir sehingga motor tergelincir dan saya terguling-guling jauh ke depan. Saat bergunling-guling dan saya melihat ke arah belakang jalanan tidak ada mobil maka saya pasrah hingga berhenti tubuh ini terguling-guling. Karena kaget dan merasa tidak percaya kalau saya mengalami kecelakaan, saat berhenti berguling saya langsung diam di tengah jalan, tidak langsung bangun. Tentu hal tersebut membuat panik, namun yang saya rasakan adalah malu, malu untuk jadi sorotan orang banyak dan malu menjadi pusat perhatian orang. Ya seperti itulah kekasihku, kebiasaan yang tidak bisa diubah, harus siap apapun yang terjadi jika berkendaraan dengannya. Setidaknya dengan kejadian tersebut bisa mengingatkannya bahwa jangan memaksakan jika tidak bisa untuk dilanjutkan, dan percayakan saja jika saya berkata karena itu semua demi kebaikan kita bersama agar selamat sampai tujuan dan tidak membahayakan nyawa orang lain.
Saya dari kecil sangat suka berdagang segala macam barang seperti alat tulis, mainan-mainan, dan sampai saat ini saya masih suka dalam berdagang. Sejak kuliah saya memulai berdagang pulsa elektrik, yang kadang kala pembelinya adalah teman kuliah dan alhamdulillah sampai saat ini dapat berjalan lancar. Walaupun dengan modal Rp100.000, hingga saat ini modal tersebut sudah berlipat-lipat ganda. Saya mengerti yang namanya berdagang tentu saja ada rugi dan untungnya, namun jika saya mendapat rugi akan saya angap sebagai amal untuk saya.
Tidak hanya berdagang pulsa saja, otak saya dipenuhi dengan berbagai macam bisnis. Jika saja kondisi keuangan ayah seperti dulu, mungkin semua bisnis yang selalu saya pikirakan dapat terwujud satu per satu. Tetapi hal ini membuat saya semakin semangat karena saya yakin bahwa saya dapat sukses dengan usaha-usaha saya yang dari kecil ini. Selain pulsa, saya mengikuti MLM yang harus dapat menarik pelanggan untuk bergabung namun karena hal tersebut bukanlah kemampuan saya, akhirnya hal tersebut tidak berjalan lancar. Tetapi saya tetap memanfaatkan gaji bulanan dari usaha tersebut, setidaknya dapat menambah penghasilan untuk saya. Kemudian saya berusaha membuka usaha pakaian dan tas-tas. Alhamdulillah sedikit demi sedikit dapat berjalan, karena barang tersebut saya yakin dibutuhkan semua orang. Ya beginilah saya, menyukai bisnis dan selalu ingin berusaha berbisnis jika memiliki peluang dan modal.
Keseharian saya di kampus tentunya belajar dan menuntut ilmu, walaupun terkadang mata yang tidak bersahabat karena mengantuk, saya tetap berusaha memperhatikan dosen. Jika perkuliahan sudah selesai dan orang yang mengantarkan pulang belum selesai kuliah, saya akan menunggu sampai selesai jika memang hanya beberapa jam saja menunggu. Dan hal menunggu sudah menjadi sahabat bagi saya sejak kuliah, hal ini tidak membuat saya kaget menunggu berjam-jam. Tetapi jika saya mendapat jadwal bertugas barcode, saya akan menyelesaikan tugas saya sampai jam tiga selesai. Dan setelah jadwal pulang tiba, maka kami pulang dan jika pulang masih siang, terkadang saya diajak menonton film terlebih dahulu di bioskop sebelum pulang. Perjalanan yang bisa dibilang jauh, membuat saya bersyukur ada seseorang yang selalu mengantar dan menjemput saya. Karena tanpa dia, saya akan berangkat sendiri antara menggunakan motor ataupun debora. Tentu saya akan menggunakan motor karena biaya yang dibutuhkan hanya Rp5000 untuk bensin pulang pergi, maklum saja motor tua yang tidak boros bensin. Sedangkan jika naik debora tentu uang jajan sehari saya tidak cukup untuk pulang pergi, maklum saja debora saat ini Rp18000 untuk pulang pergi sedangkan uang jajan saya tidak sampai segitu, belum dengan menunggu debora berjam-jam tentu saja bisa terlambat kuliah. Yang menjadi masalah adalah saya tidak mempunyai SIM dan kebiasaan saya saat mengendarai motor adalah mengebut, karena untuk apa sendirian di jalan dan harus berlama-lamaan dijalan.
Dan jika disaat libur kuliah, keseharian saya di rumah hanya membantu mbah menjaga warung, karena dari sini saya dapat kuliah dan hanya dari sini keluarga saya dapat bertahan hidup. Karena sampai saat ini ayah tidak bekerja dan mama hanya ibu rumah tangga. Mbah yang setiap harinya harus bangun jam dua pagi untuk persiapan makanan yang dijual untuk nantinya, dan mama membantu disaat setelah shalat subuh selesai. Dan nantinya disaat siang hari mbah butuh istirahat untuk tidur, ada mama yang bergantian menjaga warung dan kalau saya libur maka saya yang menjaga warung. Kalau ada persediaan yang habis, bergiliran untuk berbelanja dan lebih sering yang disuruh adalah saya, karena saya yang lebih gampang disuruh dibandingkan adik-adik saya yang laki-laki pasti selalu minta imbalan setelahnya. Walaupun terkadang belanjaan yang terlalu banyak membuat saya malas, tetapi saya harus tetap menjalankannya karena itu semua adalah untuk saya dan keluarga saya. Seberat apapun itu ya harus dibawa, jarak yang lumayan terkadang membuat tangan tersiksa tetapi ini tidak seberapa dengan perjuangan mbah dan orangtua saya.
Terkadang, jika ada seseorang meminta tolong untuk mengantarkannya, saya mengantarnya dan biasanya dikasih uang untuk bensin, ya ibarat kata saya seperti tukang ojek. Tetapi saya merasa senang selagi hal yang saya lakukan halal dan mendapatkan pendapatan lebih untuk saya. Saya cenderung orang yang ingin bergaul kepada siapapun, selama orang-orang tersebut baik dan tidak mengajak kesuatu hal yang negatif maka saya akan berteman dengannya. Sekalipun seorang pedagang keliling ataupun karyawan biasa, saya tetap berteman jika mereka ingin berteman. Bahkan banyak kenalan saya dengan para pedagang-pedagang, karena saya berpikir semua dimata saya sama dan saya bergaul tidak memandang khusus dari segi apapun. Jadi setiap saya berjalan, saya lebih sering bertegur sapa, dan terkadang membuat orang-orang yang berjalan dengan saya bingung dimana-mana ada saja yang ditegur sapa. Karena kalau kita pikirkan lagi, jika kita merasa kesusahan dijalan, ada kemungkinan kita akan ditolong orang-orang yang sering kita tegur sapa. Dan memiliki kenalan pedagang terkadang dari sanalah kita bisa mendapatkan ilmu bagaimana caranya berdagang dan tidak ada salahnya menambah teman seperti ini, tidak hanya teman dari sekolah maupun kuliah tetapi sekitar kita pun juga bisa dijadikan teman, sekalipun dia hanya bekerja di jalanan. Namun itu merupakan suatu pekerjaan yang halal, dan dari mereka kita juga bisa belajar bagaimana mensyukuri pekerjaan kita.
Seperti inilah kehidupan saya, butuh perjuangan orang-orang hebat hingga saya dapat berkuliah dan hidup sampai saat ini. Terkadang ada orang yang mengira saya orang kaya dan berada, padahal saya hanya orang biasa yang hidup dengan keluarga sederhana namun hebat. Setidaknya saya mengaminkan setiap doa baik dari orang yang menganggap saya kaya dan berada, mungkin suatu saat nanti doa tersebut menjadi suatu kenyataan, aamiin. Karena saya yakin Allah mempunyai rencana baik dari setiap ujian yang keluarga saya alami ini, semoga rencana itu sangatlah baik untuk saya dan keluarga. Dengan ujian seperti ini, setidaknya saya mengetahui siapa saja orang yang selalu berjasa dan selalu ada untuk saya dan keluarga, dan setidaknya jika memang rencana baik tersebut tiba, maka saya akan membalas kebaikan dimasa lalu tersebut.
Ya seperti inilah hidup, disaat kalian melihat orang lain mungkin kalian akan berpikir enaknya menjadi dia. Namun sebenarnya dia juga berpikir demikian, menjadi anda lebih enak daripada dirinya. Bersyukur dengan apa yang kita miliki sekarang ini, dan selalu bersabar menghadapi dunia ini karena Allah selalu ada untuk setiap umatnya yang membutuhkan pertolongan. Dan yakinlah bahwa sesungguhnya Allah selalu memberikan rencana baik untuk setiap umatnya. Terimakasih ya Allah atas segala sesuatu yang engkau berikan terhadapku selama ini, walaupun setiap apa yang aku inginkan tidak pernah langsung terwujud tetapi engkau selalu memberikan segala sesuatu yang saya butuhkan. Dan memang benar adanya, saya membutuhkan seseorang yang selalu bisa membuat saya semangat hidup dan Allah memberikannya hingga sampai saat ini selalu ada untuk menghibur saya. Mungkin jika tidak ada dia, hidup saya tidak akan berwarna dan saya akan bosan menjalani hidup tanpa adanya orang yang menghibur saya. Dan memang benar adanya, saya membutuhkan mbah dan kedua orangtuaku yang selalu berjuang untuk saya dan Allah memberikannya kesehatan dan kekuatan kepada mereka hingga sampai saat ini mereka masih selalu berjuang. Mungkin jika tidak ada mereka, saya tidak akan sampai seperti saat ini. Dan memang benar adanya, saya membutuhkan kelas EB01 yang selalu menuntut saya untuk selalu belajar, belajar dan belajar agar saya mendapatkan beasiswa dan Allah memberikan kemampuan kepada saya hingga sampai saat ini saya mendapatkan beasiswa. Mungkin jika saya tidak masuk EB01, kemungkinan untuk mendapatkan beasiswa sangatlah kecil. Saya benar-benar merasa bahwa Allah terlalu baik terhadap saya, semua yang saya alami adalah yang terbaik untuk saya. Masa kecil saya yang dibawa kepasar, membuat saya menyukai berdagang. Masa kecil saya yang mandiri dan tidak manja, membuat saya menjadi pemberani dan tidak pernah ingin mengalah terhadap laki-laki. Masa kecil saya yang selalu disiplin masuk sekolah dan datang tepat waktu, membuat saya menjadi seorang yang bertanggung jawab. Saya sangat bersyukur, karena Allah begitu baik terhadap saya selama ini. Masih memberikan kepercayaan untuk saya hidup, sehingga saya masih bisa menghembuskan nafas setelah mengalami kecelakaan maupun sakit. Saya yakin saya bisa menjadi seseorang yang hebat suatu saat nanti, karena saya dikelilingi oleh orang-orang yang hebat.
Mungkin sekian mengenai saya karena menceritakan siapa saya tentu tidak akan cukup disini, dan semoga pengalaman yang saya ceritakan ini dapat memberikan manfaat untuk pembaca. Saya yakin setiap cobaan dan ujian yang Allah berikan kepada manusia di dunia ini, tentu itu semua adalah rencana terbaik yang Allah berikan untuk kita. Dan tetaplah bersyukur dengan apa yang kita miliki sekarang ini, dan tetaplah bersabar menghadapi dunia ini hingga rencana baik tersebut tiba menghampiri kita. Percayalah.
Sekian dan terimakasih telah berkesempatan membacanya, semoga bermanfaat untuk kita semua dan semoga pembaca tidak tertidur karena terlalu lelah membacanya. Mohon maaf apabila ada kesalahan kata selama saya membuatnya, karena saya hanyalah manusia biasa yang terkadang masih melakukan kesalahan. Sekian dari saya dan terimakasih.