Sabtu, 19 Oktober 2013

Pernalaran



PERNALARAN

Pernalaran adalah proses berpikir yang bertolak pengamatan indera (pengamatan menghasilkan yang empirik) sejumlah konsep dan pengertian. Pernalaran dapat juga diartikan sebagai data yang menjadi sebuah simpulan. Pernalaran terbagi menjadi dua jenis, yaitu :
·         Pernalaran Induktif
Pernalaran yang menghubungkan data-data yang khusus menjadi simpulan yang umum.
Contoh :          Jeruk Pontianak rasanya asam.
Jeruk Mandarin rasanya asam.
Simpulan : Semua jeruk rasanya asam.
·         Pernalaran Deduktif
Pernalaran yang menghubungkan data-data yang bersifat umum menjadi simpulan yang khusus atau fakta yang khusus.
Contoh :          Semua makhluk hidup adalah ciptaan tuhan.
                        Manusia adalah makhluk hidup.
                        Simpulan : Manusia adalah ciptaan tuhan.

Pada kesempatan kali ini saya akan membahas lebih mendalam mengenai pernalaran deduktif.  Dalam pernalaran deduktif, terbagi menjadi dua, yaitu :
1.      Silogisme
Cara pernalaran yang formal. Pernalaran dalam bentuk ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Silogisme disusun dari dua proporsi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Silogisme dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
ü  Silogisme Kategorial
Silogisme yang terdiri dari tiga proporsi.
Contoh :          Semua manusia membutuhkan oksigen.
Anto adalah manusia.
Simpulan : Anto membutuhkan oksigen.
ü  Silogisme Hipotesis
Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis.
Contoh :          Jika turun hujan saya menggunakan payung.
Sekarang turun hujan.
Simpulan : Saya menggunakan payung.
ü  Silogisme Disjungtif
Silogisme mayornya premis merupakan keputusan disjungtif sedangkan premis minornya bersifat kategorik yang mengakui atau mengingkari satu alternatif disebut oleh mayor.
Contoh :          Tono pandai atau bodoh.
Ternyata Tono tidak bodoh.
Simpulan : Tono pandai.

2.      Entimen
Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan. Dan dapat dikatakan silogisme premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
Contoh :          Semua ilmuan adalah orang cerdas.
                        Jaya adalah seorang ilmuan.
                        Simpulan : Jaya adalah orang cerdas.

Jadi, dengan demikian silogisme dapat dijadikan entimen. Sebaliknya, entimen juga dapat dijadikan silogisme. Untuk mengubah entimen menjadi silogisme, mulanya kita harus mencari simpulannya. Kata-kata yang menandakan simpulan ialah jadi, maka, karena itu, demikian, dan sebagainya. Kalau sudah, kemudian kita tentukan premis.

Sumber :


Nama   : Erie Anggraeni
NPM   : 22211455
Kelas   : 3EB01