PENDAHULUAN
Di
Indonesia kerap sekali terjadi bencana alam. Salah satunya adalah bencana
banjir yang sering terjadi. Lihat saja banjir bandang yang banyak terjadi
karena sungai tiba-tiba meluap atau contohlah di jakarta yang kebanyakan banjir
terjadi karena ulah manusia sendiri. Sebuah banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang
berlebihan merendam daratan. Pengarahan banjir
Uni Eropa mengartikan banjir sebagai perendaman sementara oleh air pada daratan
yang biasanya tidak terendam air. Dalam
arti "air mengalir", kata ini juga dapat berarti masuknya pasang laut.
Banjir diakibatkan oleh volume air di suatu badan air seperti sungai
atau danau
yang meluap atau menjebol bendungan sehingga air keluar dari batasan alaminya.
Ukuran danau atau badan air terus berubah-ubah sesuai perubahan curah hujan dan
pencairan salju musiman, namun banjir yang terjadi tidak besar kecuali jika air
mencapai daerah yang dimanfaatkan manusia seperti desa, kota, dan permukiman
lain.
Banjir
juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air,
terutama di kelokan sungai. Banjir sering mengakibatkan kerusakan rumah dan
pertokoan yang dibangun di dataran banjir sungai alami. Meski kerusakan akibat
banjir dapat dihindari dengan pindah menjauh dari sungai dan badan air yang
lain, orang-orang menetap dan bekerja dekat air untuk mencari nafkah dan
memanfaatkan biaya murah serta perjalanan dan perdagangan yang lancar dekat
perairan. Manusia terus menetap di wilayah rawan banjir adalah bukti bahwa
nilai menetap dekat air lebih besar daripada biaya kerusakan akibat banjir
periodik. Mitos banjir besar adalah
kisah mitologi
banjir besar yang dikirimkan oleh Tuhan
untuk menghancurkan suatu peradaban sebagai pembalasan agung dan
sering muncul dalam mitologi berbagai kebudayaan di
dunia.
Jenis-jenis Banjir di Indonesia
Menurut ahli hidrologi banjir-bajir
di indonesia itu dibagi menjadi tiga jenis, antara lain:
1. Banjir karena sungainya meluap
Banjir jenis
ini biasanya terjadi akibat dari sungai tidak mampu lagi menampung aliran air
yang ada disungai itu akibat airnya sudah melebihi kapasitas. Bila curah hujan
tinggi di hulu sungai dan sistem DAS dari sungai itu rusak maka luapan airnya
akan terjadi di hilir sungai.
2. Banjir lokal
Banjir ini
merupakan banjir yang terjadi akibat air yang berlebihan ditempat itu dan
meluap juga ditempat itu. Pada saat curah hujan tinggi dilokasi setempat dimana
kondisi tanah dilokasi itu sulit dalam melakukan penyerapan air, maka
kemungkinan terjadinya banjir lokal akan sangat tinggi sekali.
3. Banjir akibat pasang surut air laut
Saat air
laut pasang, ketinggian muka air laut akan meningkat, otomatis aliran air di
bagian muara sungai akan lebih lambat dibandingkan bila saat laut surut. Selain
melambat, bila aliran air sungai sudah melebihi kapasitasnya (ditempat yang
datar atau cekungan) maka air itupun akan menyebar kesegala arah dan terjadilah
banjir.
Penyebab
Utama
Lusinan desa terendam ketika hujan
meluapkan sungai di barat laut Bangladesh pada awal
Oktober 2005. Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) di satelit
Terra NASA menangkap
citra banjir Sungai Ghaghat dan Atrai pada 12 Oktober 2005. Sungai biru gelap
tersebar di seluruh pedesaan pada citra banjir ini.
Sungai
- Lama: Endapan dari hujan atau pencairan salju cepat melebihi kapasitas saluran sungai. Diakibatkan hujan deras monsun, hurikan dan depresi tropis, angin luar dan hujan panas yang mempengaruhi salju. Rintangan drainase tidak terduga seperti tanah longsor, es, atau puing-puing dapat mengakibatkan banjir perlahan di sebelah hulu rintangan.
- Cepat: Termasuk banjir bandang akibat curah hujan konvektif (badai petir besar) atau pelepasan mendadak endapan hulu yang terbentuk di belakang bendungan, tanah longsor, atau gletser.
Muara
- Biasanya diakibatkan oleh penggabungan pasang laut yang diakibatkan angin badai. Banjir badai akibat siklon tropis atau siklon ekstratropis masuk dalam kategori ini.
Pantai
- Diakibatkan badai laut besar atau bencana lain seperti tsunami atau hurikan. Banjir badai akibat siklon tropis atau siklon ekstratropis masuk dalam kategori ini.
Malapetaka
- Diakibatkan oleh peristiwa mendadak seperti jebolnya bendungan atau bencana lain seperti gempa bumi dan letusan gunung berapi.
Manusia
- Kerusakan tak disengaja oleh pekerja terowongan atau pipa.
Lumpur
- Banjir lumpur terjadi melalui penumpukan endapan di tanah pertanian. Sedimen kemudian terpisah dari endapan dan terangkut sebagai materi tetap atau penumpukan dasar sungai. Endapan lumpur mudah diketahui ketika mulai mencapai daerah berpenghuni. Banjir lumpur adalah proses lembah bukit, dan tidak sama dengan aliran lumpur yang diakibatkan pergerakan massal.
Faktor-Faktor Penyebab Banjir
Pada
dasarnya banjir itu disebabkan oleh luapan aliran air yang terjadi pada saluran
atau sungai. Bisa terjadi dimana saja, ditempat yang tinggi maupun tempat yg
rendah. Pada saat air jatuh kepermukaan bumi dalam bentuk hujan (presipitasi),
maka air itu akan mengalir ketempat yang lebih rendah melalui saluran-saluran
atau sungai-sungai dalam bentuk aliran permukaan sebagian akan masuk/meresap
kedalam tanah (infiltrasi) dan sebagiannya lagi akan menguap keudara
(evapotranspirasi).
Sebenarnya
banjir merupakan peristiwa yang alami pada daerah dataran banjir karena dataran
banjir terbentuk akibat dari peristiwa banjir. Dataran banjir merupakan derah
yang terbentuk akibat dari sedimentasi (pengendapan) banjir. Saat banjir
terjadi, tidak hanya air yang di bawa tetapi juga tanah-tanah yang berasal dari
hilir aliran sungai. Dataran banjir biasanya terbentuk di daerah pertemuan-pertemuan
sungai. Akibat dari peristiwa sedimentasi ini, dataran banjir merupakan daerah
yang subur bagi pertanian, mempunyai air tanah yang dangkal sehingga cocok
sekali bagi pemukiman dan perkotaan.
Ada dua faktor perubahan kenapa
banjir terjadi :
1.
Perubahan lingkungan dimana
didalamnya ada perubahan iklim, perubahan geomorfologi, perubahan geologi dan
perubahan tata ruang.
2.
Perubahan dari masyarakat itu
sendiri.
Hujan
merupakan faktor utama penyebab banjir. Perubahan iklim menyebabkan pola hujan
berubah dimana saat ini hujan yang terjadi mempunyai waktu yang pendek tetapi
intensitasnya tinggi. Akibat keadaan ini saluran-saluran yang ada tidak mampu
lagi menampung besarnya aliran permukaan dan tanah-tanah cepat mengalami
penjenuhan.
Akibat global warming / pemanasan
global menyebabkan terjadinya perubahan pada pola iklim yang akhirnya merubah
pola curah hujan. Berdasarkan analisis statistik data curah hujan dari tahun
1900 sampai tahun 1989 terhadap variansi hujan dengan menggunakan uji F
dihasilkan bahwa telah terjadi perubahan intensitas hujan untuk lokasi Ambon,
Branti, Kotaraja, Padang, Maros, Kupang, Palembang, dan Pontianak (Slamet dan
Berliana, 2006). Berdasarkan kajian LAPAN (2006) banjir yang terjadi di Jakarta
Januari tahun 2002, Juni 2004 dan Februari 2007 bertepatan dengan fenomena La
Nina dan MJO (Madden-Julian oscillation), kedua fenomena ini menyebabkan
terjadinya peningkatan curah hujan diatas normal. Berdasarkan kesimpulan
penelitian tersebut bukan hanya faktor iklim yang menyebabkan terjadinya
banjir, tetapi juga disebabkan oleh perubahan penggunaan lahan dan penyempitan
saluran drainase (sungai).
Perubahan
penggunaan lahan dan otomatis juga terjadi perubahan tutupan lahan penggunaan
lahan itu ada pemukiman, sawah, tegalan, ladang sedangkan tutupan lahan itu
vegetasi yang tumbuh di atas permukaan bumi menyebabkan semakin tingginya
aliran permukaan. Aliran permukaan terjadi apabila curah hujan telah melampaui
laju infiltrasi tanah. Menurut Castro (1959) tingkat aliran permukaan pada
hutan adalah 2.5%, tanaman kopi 3%, rumput 18% sedangkan tanah kosong sekitar
60%. Sedangkan berdasarkan penelitian Onrizal (2005) di DAS Ciwulan, penebangan
hutan menyebabkan terjadinya kenaikan aliran permukaan sebesar 624 mm/th. Itu
baru perhitungan yg di lakukan pada daerah hutan yg ditebang dimana masih ada
tanah yang bisa meresapkan air.
Onrizal
(2005) juga mengungkapkan bahwa penebangan hutan menyebabkan berkurangnya air
tanah rata-rata sebesar 53.2 mm/bln. Sedangkan kemampuan peresapan air pada DAS
berhutan lebih besar 34.9 mm/bln di bandingkan dengan DAS tidak berhutan.
Selain itu hasil penelitiannya juga menunjukkan bahwa apabila tanaman di bawah
pohon hutan tanaman-tanaman yg kecil-kecil itu hilang akan menyebabkan
peningkatan aliran permukaan yang mencapai 6.7 m3/ha/bln.
Hasil
penelitian Bruijnzeel (1982) dalam Onrizal (2005) yang di lakukan pada areal
DAS Kali Mondoh pada tanaman hutan memperlihatkan bahwa kapasitas sungai pada
bulan Mei, Juli, Agustus dan September lebih tinggi dari curah hujan yang
terjadi pada saat bulan-bulan tersebut, ini membuktikan bahwa vegetasi sebagai
pengatur tata air dimana pada saat hujan tanaman membatu proses infiltrasi
sehinggaa air disimpan sebagai air bawah tanah dan dikeluarkan saat musim
kemarau. Menurut Suroso dan Santoso (2006) dalam WWF-Indonesia (2007) perubahan
penggunaan lahan sangat berpengaruh terhadap peningkatan kapasitas sungai.
Hasil
penelitian Fakhrudin (2003) dalam Yuwono (2005) menunjukkan bahwa perubahan
penggunaan lahan di DAS Ciliwung tahun 1990-1996 akan meningkatkan kapasitas
puncak dari 280 m3/det menjadi 383 m3/det, dan juga meningkatkan persentase
hujan menjadi direct run-off dari 53 % menjadi 63 %. Dalam hal yang sama,
Yuwono (2005) juga mengungkapkan pengurangan luas hutan dari 36% menjadi 25%,
15% dan 0% akan menaikkan puncak banjir berturut-turut 12,7%, 58,7% dan 90,4%.
Menurut
Yuwono (2005) pengurangan luas hutan dari 36% menjadi 25%, 15% dan 0% akan
meningkatkan laju erosi sebesar 10%, 60% dan 90%. Akibat dari erosi ini tanah
menjadi padat, proses infiltrasi terganggu, banyak lapisan atas tanah yang
hilang dan terangkut ke tempat-tempat yang lebih rendah, tanah yang hilang dan
terangkut inilah yang menjadi sedimentasi yang dapat mendangkalkan waduk-waduk,
bendungan-bendungan dan sungai-sungai. Setelah terjadi seperti itu, kapasitas
daya tampung dari saluran irigasi tersebut menjadi lebih kecil yang akhirnya
dapat menyebabkan banjir walaupun dalam kondisi curah hujan normal. Menurut
Priatna (2001) kerusakan tanah akibat terjadinya erosi dapat menyebabkan bahaya
banjir pada musim hujan, pendangkalan sungai atau waduk-waduk serta makin
meluasnya lahan-lahan kritis.
Penyebab
banjir sendiri bisa terjadi karena berbagai hal, baik alam maupun manusia. Dan
berikut adalah hal-hal yang menyebabkan banjir di seluruh dunia termasuk
Indonesia :
- Peristiwa alam seperti Curah hujan dalam jangka waktu yang lama.
- Terjadinya erosi tanah hingga hanya menyisakan batuan, dan tidak ada resapan air. Bahkan bukan hanya banjir tapi juga tanah longsor.
- Buruknya penanganan sampah, hingga kemudian sumber saluran air tersumbat.
- Bendungan dan saluran air rusak. Seperti yang terjadi pada bencana di situ gintung.
- Penebangan hutan secara liar dan tidak terkendali.
- Di daerah bebatuan daya serap air sangat kurang. Sehingga memudahkan terjadi bencana banjir.
- Kiriman atau bencana banjir bandang.
- Keadaan tanah tertutup semen, paving atau aspal, hingga tidak menyerap air.
- Pembangunan tempat permukiman dimana tanah kosong diubah menjadi jalan gedung, tempat parkir, hingga daya serap air hujan tidak ada. Contohlah kota-kota besar semacam Jakarta yang sering terjadi bencana banjir.
Dampak
Dampak
primer
- Kerusakan fisik = Mampu merusak berbagai jenis struktur, termasuk jembatan, mobil, bangunan, sistem selokan bawah tanah, jalan raya, dan kanal.
Dampak
sekunder
- Persediaan air = Kontaminasi air. Air minum bersih mulai langka.
- Penyakit = Kondisi tidak higienis. Penyebaran penyakit bawaan air.
- Pertanian dan persediaan makanan = Kelangkaan hasil tani disebabkan oleh kegagalan panen. Namun, dataran rendah dekat sungai bergantung kepada endapan sungai akibat banjir demi menambah mineral tanah setempat.
- Pepohonan = Spesies yang tidak sanggup akan mati karena tidak bisa bernapas.
- Transportasi = Jalur transportasi hancur, sulit mengirimkan bantuan darurat kepada orang-orang yang membutuhkan.
Dampak
tersier/jangka panjang
- Ekonomi = Kesulitan ekonomi karena penurunan jumlah wisatawan, biaya pembangunan kembali, kelangkaan makanan yang mendorong kenaikan harga.
Pengendalian
Di berbagai
negara di seluruh dunia, sungai yang rawan banjir dikendalikan dengan
hati-hati. Pertahanan seperti bendungan, dan waduk digunakan
untuk mencegah sungai meluap, peralatan darurat seperti karung pasir atau
tabung apung portabel digunakan. Banjir pantai telah dikendalikan di Eropa dan
Amerika melalui pertahanan pantai, seperti tembok laut, pengembalian pantai, dan pulau penghalang.
Eropa
Mengingat
penderitaan dan kehancuran yang diakibatkan Banjir Besar Paris 1910, pemerintah
Perancis membangun serangkaian waduk bernama Les Grands Lacs de Seine
(Danau-Danau Besar) yang membantu mengurangi tekanan dari Sungai Seine ketika
terjadi banjir, khususnya banjir rutin pada musim dingin.
London terlindungi
dari banjir laut oleh Thames Barrier, sebuah
perintang mekanis besar melintasi Sungai Thames yang
dinaikkan ketika permukaan air laut mencapai ketinggian tertentu. Venesia memiliki
perintang sejenis, namun kota ini sudah tidak mampu menangani pasang laut yang
sangat tinggi; sistem tanggul baru sedang dibangun. Pertahanan banjir London
dan Venesia dapat dianggap tidak berguna jika permukaan laut terus naik. Sungai
Adige di Italia
Utara memiliki kanal bawah tanah yang memungkinkan sebagian alirannya dialihkan
ke Danau Garda (di daerah
aliran sungai Po) untuk
mengurangi risiko banjir muara. Kanal bawah tanah ini digunakan dua kali, pada
1966 dan 2000.
Pertahanan
banjir terbesar dan tercanggih di dunia dapat ditemukan di Belanda
yang disebut Delta Works dengan
bendungan Oosterschelde yang menjadi
pencapaian terbesar dalam pembangunan sistem pengendalian banjir ini. Sistem
ini dibangun sebagai tanggapan terhadap banjir Laut Utara 1953
di bagian barat daya Belanda. Belanda telah membangun salah satu bendungan
terbesar di dunia di utara negara ini, yaitu Afsluitdijk (ditutup tahun
1932).
Komplek
Fasilitas Pencegahan Banjir Saint Petersburg di Rusia selesai dibangun
tahun 2008 untuk melindungi Saint
Petersburg dari banjir badai. Komplek ini
juga memiliki fungsi lalu lintas, yaitu melengkapi jalan lingkar
yang mengelilingi kota ini. Sebelas bendungan membentang sepanjang 25,4
kilometer dan berdiri delapan meter di atas permukaan laut.
Di
Austria,
banjir selama 150 tahun dikendalikan melalui berbagai tindakan sesuai regulasi Danube Wina,
termasuk pengerukan sungai utama Danube pada 1870–1875 dan pembentukan Danube Baru pada
1972–1988. Pengelolaan risiko banjir di Irlandia Utara dilakukan oleh Rivers Agency.
Amerika Utara
Sistem
pertahanan banjir dapat ditemukan di provinsi Manitoba, Kanada. Sungai Red mengalir ke
utara dari Amerika Serikat, melintasi kota Winnipeg (sungai ini
kemudian bertemu dengan Sungai Assinibone) menuju Danau Winnipeg.
Sebagaimana semua sungai yang mengalir ke utara di zona sedang belahan Bumi
utara, pencairan salju di bagian selatan dapat mengakibatkan permukaan sungai
naik sebelum bagian utara mencair sepenuhnya. Ini dapat menyebabkan banjir
bandang, seperti yang terjadi di Winnipeg selama musim semi 1950. Untuk
melindungi kota ini dari banjir masa depan, pemerintah Manitoba melakukan
pembangunan sistem pengalihan sungai, tanggul, dan jalur banjir massal
(termasuk Red River Floodway dan Portage Diversion). Sistem
ini melindungi Winnipeg dari banjir 1997 yang
merendam banyak permukiman di hulu Winnipeg, termasuk Grand Forks, North Dakota dan Ste. Agathe, Manitoba. Sistem ini
juga melindungi Winnipeg dari banjir 2009.
Di AS, 35% Wilayah Metropolitan New Orleans yang berada
di bawah permukaan laut dilindungi oleh bendungan dan pintu banjir sepanjang
ratusan mil. Sistem ini gagal sepenuhnya di beberapa bagian ketika Badai Katrina menerjang kota dan bagian timur
wilayah metropolitan. Akibatnya sekitar 50% wilayah metropolitan terendam,
mulai dari beberapa sentimeter hingga 8,2 meter (beberapa inci hingga 27 kaki)
di permukiman pesisir. Dalam
upaya pencegahan banjir, pemerintah federal Amerika Serikat menawarkan pembelian
properti rawan banjir di Amerika Serikat untuk mencegah bencana terulang
setelah banjir 1993 di seluruh Midwest. Beberapa permukiman menerima tawaran
ini dan pemerintah federal bekerjasama dengan pemerintah negara bagian membeli
25.000 properti yang diubah menjadi lahan basah. Lahan
basah ini berperan sebagai penyerap air ketika badai terjadi dan pada 1995,
banjir terjadi dan pemerintah tidak perlu mengerahkan sumber daya di daerah-daerah
tersebut.
Asia
Di India,
Bangladesh dan Cina (tepatnya di kawasan Kanal Besar Cina), daerah pengalihan banjir
adalah kawasan pedesaan yang sengaja ditenggelamkan ketika keadaan darurat
untuk melindungi wilayah perkotaan.
Banyak pihak
mengatakan bahwa kehilangan vegetasi (deforestasi) akan
mendorong peningkatan risiko. Dengan hutan alami yang mencegah banjir, durasi
banjir akan berkurang. Mengurangi tingkat penebangan hutan akan mengurangi pula
insiden dan tingkat keparahan banjir.
Afrika
Di Mesir, Bendungan Aswan (1902) dan Bendungan Tinggi Aswan (1976)
telah mengendalikan berbagai banjir di sepanjang Sungai Nil.
Pemodelan
komputer
Meski
pemodelan banjir merupakan praktik yang baru diterapkan, upaya untuk memahami
dan mengelola mekanisme kerja di dataran banjir telah dilakukan selama enam
milenium. Pengembangan
terkini dalam pemodelan banjir melalui komputer telah membantu para insinyur
menghentikan uji coba pendekatan "tahan atau biarkan" dan
kecenderungannya memperkenalkan struktur tahan banjir. Berbagai model banjir
melalui komputer telah dikembangkan dalam beberapa tahun terakhir, yaitu model
1D (permukaan banjir yang diukur di saluran) dan model 2D (kedalaman banjir
yang diukur sepanjang dataran banjir). HEC-RAS, model Hydraulic Engineering
Centre, saat ini merupakan pemodelan banjir yang paling terkenal karena gratis.
Model lain seperti TUFLOW menggabungkan komponen 1D dan 2D untuk mendapatkan
informasi kedalaman banjir di dataran banjir. Sejauh ini, pemodelan lebih
difokuskan pada pemetaan banjir pasang dan banjir sungai, namun karena banjir
2007 di Britania Raya pemodelan lebih diutamakan pada dampak yang muncul akibat
banjir air permukaan.
Cara Menanggulangi Banjir
Kejadian
banjir merupakan bencana yang tidak dapat dihindari khususnya bila melibatkan
hujan lebat. Namun usaha seharusnya dibuat untuk mengurangi akibat banjir.
Manusia juga harus selalu waspada dengan kejadian ini. Ada beberapa cara yang
dapat kita lakukan agar dapat mengurangi banjir tahunan, yaitu :
1.
Memfungsikan
sungai dan selokan sebagaimana mestinya.
Karena
sungai dan selokan merupakan tempat aliran air, jangan sampai fungsinya berubah
menjadi tempat sampah.
2.
Larangan
membuat rumah di dekat sungai.
Biasanya yang mendirikan rumah di dekat sungai adalah
para pendatang yang yang datang ke kota besar hanya dengan modal nekat.
Akibatnya, keberadaan mereka bukannya membantu peningkatan perekonomian, akan
tetapi malah sebaliknya, merusak lingkungan. Itu sebabnya pemerintah harus
tegas, melarang membuat rumah di dekat sungai dan melarang orang-orang tanpa
tujuan tidak jelas datang ke kota dalam jangka waktu lama atau untuk menetap.
3.
Mengontrol Aktivitas Manusia.
Banjir
kilat yang terjadi terutama di kota disebabkan pembuangan sampah dan sisa
industri ke sungai dan parit. Bagi menangani masalah ini, kesadaran kepada
masyarakat perlu diungkapkan agar kegiatan negatif tidak terus dilakukan
seperti mengadakan kampanye mencintai sungai dan sebagainya. Badan-badan
tertentu juga harus bertanggung jawab menentukan sungai sentiasa bersih dan
tidak dijadikan tempat pembuangan sampah.
4.
Menyediakan Sistem Perparitan.
Parit
yang telah dangkal akibat dari bahan-bahan sisa harus selalu dibersihkan.
Dengan ini air limpahan dan hujan dapat dialirkan dengan baik.
5. Menanam
pohon dan pohon-pohon yang tersisa tidak ditebangi lagi.
Karena pohon adalah salah satu
penopang kehidupan di suatu kota. Pohon selain sebagai penetralisasi pencemaran
udara di siang hari, sebagai pengikat air di saat hujan melalui akar-akarnya.
Dengan menanam banyak pepohonan agar air hujan tidak langsung mengalir ke
sungai, tetapi tertahan pada akar pepohonan. Kandungan air pada akar
pepohonan akan berfungsi sebagai reservoir di musim kemarau.
6.
Proyek Pedalaman Sungai.
Kebanyakan
kejadian banjir berlaku karena kecetekan sungai. Jika sebelumnya sungai mampu
mengalirkan sejumlah air yang banyak dalam sesuatu masa, kini pengaliran telah
berkurang. Ini disebabkan proses pemendapan dan pembuangan bahan-bahan
buangan. Langkah untuk menangani masalah
ini adalah dengan menjalankan proses pendalaman sungai dengan mengorek semua
lumpur dan kekotoran yang terdapat di sungai. Bila proses ini dilakukan, sungai
bukan saja menjadi dalam tetapi mampu mengalirkan jumlah air hujan dengan
banyak.
7. Memelihara Hutan
7. Memelihara Hutan
Kegiatan
pembalakan di mana perjalanan di daerah pinggir sungai digemari menyebabkan
tanah terhakis dan runtuh ke sungai. Keadaan yang sama juga terjadi bila
aktivitas pembalakan yang giat dilakukan di lereng-lereng bukit. Karena itu
pemeliharaan hutan merupakan cara yang baik untuk mengatasi masalah banjir.
Hutan dapat dijadikan kawasan tadahan yang mampu menyerap air hujan dari
mengalir terus ke bumi.
Hutan
dapat berfungsi sebagai bunga karang (sponge) dengan menyerap air hujan dan
mengalir dengan perlahan-lahan ke anak-anak sungai. Ia juga bertindak sebagai
filter dalam menentukan kebersihan dan kejernihan air. Hutan mampu menyerap air
hujan pada harga 20%. Kemudian air hujan ini dibebaskan kembali ke atmosfir
dalam sejatan kondensasi. Hanya dengan ini saja pengurangan air hujan dapat
dilakukan.
8.
Saluran Pembuangan Besar di Bawah Tanah
Saluran pembuangan besar di bawah
tanah yang menjamin semua air hujan disalurkan ke laut sehingga tidak ada
banjir. Saluran bawah tanah ini berada disebagian besar daerah di jepang.
Keuntungan
Ada berbagai
dampak negatif banjir terhadap permukiman manusia dan aktivitas ekonomi. Namun,
banjir (khususnya banjir rutin/kecil) juga dapat membawa banyak keuntungan,
seperti mengisi kembali air tanah, menyuburkan serta memberikan nutrisi kepada
tanah. Air banjir menyediakan air yang cukup di kawasan kering dan semi-kering
yang curah hujannya tidak menentu sepanjang tahun. Air banjir tawar memainkan
peran penting dalam menyeimbangkan ekosistem di koridor sungai dan merupakan
faktor utama dalam penyeimbangan keragaman makhluk hidup di dataran banjir.
Banjir menambahkan banyak sekali nutrisi untuk danau dan sungai yang semakin
memajukan industri perikanan pada tahun-tahun mendatang, selain itu juga karena
kecocokan dataran banjir untuk pengembangbiakan ikan (sedikit predasi dan
banyak nutrisi). Ikan seperti ikan cuaca
memanfaatkan banjir untuk berenang mencari habitat baru. Selain itu, burung
juga mendapatkan manfaat dari produksi pangan yang meledak setelah banjir
surut.
Banjir rutin
biasa terjadi di permukiman-permukiman kuno sepanjang Sungai Tigris-Eufrat, Nil, Indus, Gangga, dan Sungai Kuning. Kelangsungan sumber energi air
terbarukan sangat tinggi di daerah rawan banjir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar