Jumat, 18 Juli 2014

Gigit Dokter



Gigit Dokter

            Pasti penasaran nih yang baca judulnya “gigit dokter” apa hayo ada yang tau? Hahahah. Artikel kali ini saya ingin menceritakan pengalaman hidup saya dengan dokter. Karena sebelumnya saya sudah berjanji dalam artikel “who am i” untuk membuat artikel ini, maka pada kesempatan disela kesibukan saya mengerjakan penulisan ilmiah ini saya sempatkan untuk menepati janji saya. Oke saya mulai ya, siapin cemilan biar betah bacanya. Hahahaha.
            Waktu saya berumur 7 tahun, tepatnya disaat kenaikan kelas 2 Sekolah Dasar saya mengalami sakit. Sakitnya tidak seperti biasanya, mungkin biasanya hanya panas biasa dan saya tetap berangkat sekolah tetapi kali ini saya merasa tidak kuat untuk memaksakan kehendak bersekolah pada saat itu. Setiap malam menjelang pagi suhu tubuh tinggi sekali, benar-benar panas tinggi sampai tidur pun jadi sering mengigau karena suhu tubuh yang teramat tinggi. Namun disaat siang menjelang sore, suhu tubuh menurun. Beberapa hari saya mengalami hal tersebut, akhirnya saya dibawa ke rumah sakit terdekat di sekitar Jakarta. Waktu itu saya dibawa ke rumah sakit tengah malam, karena orangtua saya tidak tega melihat kondisi saya saat itu. Tengah malam saat itu membuat panik orangtua, bergegaslah ayah membawa saya untuk di periksa ke dokter dengan mengajak beberapa saudara lalu berangkatlah ke rumah sakit.
            Saat itu ayah membawa mobil dengan kecepatan tinggi, karena hanya ingin segera sampai ke rumah sakit dengan cepat karena khawatir akan keadaan saya. Sepanjang perjalanan saya hanya diam dan dipangku oleh mama, terkadang air mata menetes dari mata hanya karena suhu tubuh yang tinggi tersebut. Beberapa menit kemudian tibalah di rumah sakit, segeralah saya di bawa kedalam dan di tidurkan ditempat pemeriksaan dokter. Saat itu saya ditemani ayah di dalam, sedangkan mama menunggu di luar bersama saudara yang lainnya. Selama menunggu dokter, ayah berkata “Kamu ga takut kan disuntik? Berani kan kalo di sekolahan disuntik?” dan saya hanya mengangguk-anggukan kepala pertanda bahwa saya berani untuk disuntik. Tak lama kemudian datanglah dokter menghampiri saya dan berkata, “Ade ga takut disuntik kan ya berani? Dokter minta darahnya ya buat diperiksa sakitnya apa, jangan nangis ya” tetap saja saya hanya bisa menganggukan kepala saja saat itu. Akhirnya dokter pun mengambil darah untuk dilakukan pemeriksaan terhadap sakit yang saya alami saat itu. Saya pikir waktu itu suntik biasa seperti di sekolahan, tapi ternyata suntiknya berbeda. Kalau di sekolah suntik untuk kesehatan dan kalau saat itu adalah suntik pengambilan darah dan itu lebih sakit dari biasanya yang saya rasakan disekolah. Saat pengambilan darah, dokter berkata “Ade ga usah liat nanti takut, merem aja” tetapi tetap saja saya melihat proses pengambilan darah dan bagi saya sudah terlalu banyak darah yang diambil. Setelah selesai pengambilan darah, lalu dilakukan pemeriksaan terhadap darah yang sudah diambil tersebut.
            Beberapa menit kemudian dokter menghampiri ayah dan saya tidak mengetahui percakapan apa saat itu yang mereka bicarakan. Lalu ayah menghampiri saya dan berkata, “Kamu minum teh dulu ya disini, diabisin tehnya. Kalau abis nanti boleh pulang kata dokternya. Kamu mau pulang kan?” ya seperti tadi jawaban saya hanya menganggukan kepala. Kemudian datanglah dokter mendekati saya dan berkata, “Ade mau pulang ga? Ade mau sembuh ga? Kalo mau, abisin ya tehnya nanti kalo abis boleh pulang ya. Bisa ga abisin minumnya? Kalo ga abis ga boleh pulang ya” sambil memberikan gelas berukuran besar untuk saya minum. Saat itu saya langsung meminum teh yang diberikan dokter tersebut, namun saya tidak mampu menghabiskan teh sebanyak itu. Sudah dipaksa untuk menghabiskan agar bisa pulang, namun saya tidak mampu karena sudah merasa kembung di perut. Akhirnya dokter mengambil tindakan dan berkata, “Kuat ga abisin tehnya?kalo mau pulang diabisin, kalo ga abis tetep disini ya” dan kenyataan berkata bahwa saya tetap tak sanggup menghabiskan air dengan ukuran gelas besar tersebut. Maka dari itulah akhirnya saya harus dirawat, dokter memanggil beberapa orang untuk mengurus proses perawatan saya.
            Ayah berkata, “Ga apa-apa ya disuntik lagi, jangan nangis ya. Mau cepet sembuh kan?” aku pun lagi-lagi hanya menganggukan kepala saja. Kemudian dokter mendekat untuk memasukan jarum infusan ke dalam badan saya. Dokter berkata, “Berani kan ade disuntik ya? Tadi mah jahat orangnya jadi sakit disuntiknya, sekarang mah ga sakit. Ade merem aja ya kalo takut, cuma sebentar aja ko” dan saya hanya diam saja. Lalu dokter memasukan jarum infusan ke tangan kanan saya, dan saya melihat proses tersebut namun saya tetap biasa dan kuat menahan rasa sakitnya disuntik. Namun, yang terjadi entah mengapa hal tersebut gagal dan mengharuskan untuk disuntik ulang. Dokter pun menuntikan jarum infusan ke tangan kiri saya dan kejadian tadi pun terulang lagi yaitu gagal. Hal tersebut berulang kembali sampai tujuh kali mencoba memasukan jarum namun dengan hasil yang selalu saja gagal. Bukankah itu suatu hal yang menjengkelkan? Saya sudah menahan sakit disuntik tangan kanan, kiri, kanan, kiri, kanan, kiri dan kanan namun hasilnya selalu saja gagal. Saat kejadian itu, saya menagis dengan kerasnya dan saya sempat mengumpatkan tangan saya agar tidak disuntik lagi oleh dokter. Namun tenaga aku saat itu masih lemah jadi pasti kalah dengan beberapa dokter disana. Karena saya meras teramat sangat kesal dengan kejadian tersebut, saya pun menggigit tangan dokter yang menahan tangan saya saat itu. Saya gigit dengan penuh kekesalan saat itu, benar-benar gigitan yang teramat keras yang saya lakukan terhadap dokter itu hingga dokter melepasan genggamannya dan sambil menahan rasa sakit digigit saya. Setelah tangan saya dilepas dan saya melihat bekas gigitan saya yang sangat besar dan dalam itu, saya langsung bangun dari tempat tidur itu dan berusaha lari keluar mencari mama yang sedang menunggu.
            Setelah berlari keluar, saya langsung melihat mama sedang menunggu dengan cemasnya dan tak tega mendengar saya berteriak kesakitan di dalam. Karena mama tidak tega melihat saya, maka dari itu mama menunggu di luar. Saya lari menghampiri mama dan memeluk mama sambil berkata, “Mama, ayo ma pulang ma..mama pulang..” sambil nangis dan memeluk mama saat itu. Mama berusaha menenangkan saya saat itu dan menggendong saya sambil berkata, “Iya ayo pulang, tapi panggil ayahnya dulu ya. Kan ayah yang bawa mobil, ayo masuk dulu ya ke dalem panggil ayah” mama sambil jalan ke dalam lagi dengan menggendong saya. Saya pun langsung panik karena saya takut disuntik lagi dengan hasil yang gagal. Dan benar saja mama mengantarkan saya kedalam dengan maksud untuk disuntik lagi, saya berkata kepada mama,”Mama ngapain kedalem lagi? Ayo mama pulang...ayo pulang mama..” namun seketika saya langsung menggigit pundak mama saat itu. Dan mama merasa kaget dan kesakitan saat itu, hingga kacamatanya pun terjatuh karena mengendalikan emosi saya yang meledak-ledak saat itu. Mama sebenarnya tidak tega melihat saya merasa kesakitan disuntik berulang kali seperti itu, namun apa boleh buat kalau memang itulah yang seharusnya dilakukan hanya untuk saya sembuh.
            Dan akhirnya saya berada di dalam lagi dan dibaringkan lagi ditempat tidur, lalu saya disuntik lagi oleh dokter. Dan sepertinya itu adalah suntik bius agar saya tidak lagi berontak dan mengigit dokter lagi mungkin. Hahahahaha. Setelah itu memang benar saya tidak sadarkan diri, tetapi sedikit-sedikit saya mendengar suara dan terkadang mata saya terbuka namun tak sadarkan diri. Yang saya ingat hanyalah, saya digendong saat itu untuk dipindahkan ke ruang rawat. Dan saat pagi buta, saya terbangun karena saat itu saya masih dalam keadaan menangis dengan isak tangis yang tak kunjung berhenti. Saat itu yang saya lihat adalah mama disamping tempat tidur saya berbaring, mama tidur disamping kasur menunggu saya saat itu dan sambil berkata,”Udah jangan nangis lagi, bobo aja masih gelap tuh. Udah jangan nangis” sambil mengusap kepala saya dan saya hanya dapat melihat sejenak dengan isak tangis yang tak kunjung berhenti saat itu.
            Saat pagi hari tiba, barulah saya sadarkan diri. Melihat sekitar ruangan dan mencoba memahami kejadian apa tadi malam sampai saya bisa berbaring disini. Dan yang saya ingat hanya saat terakhir mama membawa saya ke dalam, selebihnya saya tak sadarkan diri. Saat itu saya melihat mama sudah tidak berada disamping saya, namun saat itu saya di jaga oleh mbah dan saya berkata,”Mbah, mama kemana?” dan mbah menjawab, “Mamanya pulang dulu mandi, nanti balik lagi kesini. Sekarang gantian dulu sama mbah ya” dan saya hanya diam dan mendengarkan perkataan mbah. Saya melihat tangan kiri saya dan disanalah saya melihat selang infusan, merasa aneh dan terganggu akan infusan tersebut namun saya tak bisa berbuat apapun.
            Selama di rawat, saya tidak pernah mau makanan dari sana karena rasanya aneh dan tidak enak. Jadi setiap mbah beli makanan diluar, saya minta tukar makanan dengan mbah. Jadi makanan dari rumah sakit ya mbah yang makan dan saya makan dari makanan luar yang mbah beli. Hahahahaha. Lalu saat dokter datang memeriksa saya, dokter bertanya,”Gimana erie keadaanya udah enakan belum? Udah doyan makan belum?” dan saya menjawab, “udah dokter, makananya ga doyan maunya roti aja kaya setiap pagi dibawain. Maunya pulang, soalnya besok sekolah hari pertama. Boleh pulang ga?” tetep yah, sakit-sakit begitu maunya masuk sekolah dan ga mau ketinggalan pelajaran. Hahahahaha. Dan dokter menjawab,”Oh, kamu maunya roti? Yaudah nanti-nanti dibawainnya roti aja kalo gitu yah. Iya boleh pulang kalo erienya udah sehat” dan dengan sombongnya saya menjawab,”Tapi aku udah sehat. Nanti aku malah jadi bolos sekolah, aku mau sekolah” hahahaha. Rada nyebelin juga yah kalo dipikir-pikir anak kecil mikirin sekolah, dimana-mana anak kecil pada seneng kalo ga berangkat sekolah. Hahahahaha.
            Ada beberapa kejadian lucu selama dirawat disana. Seperti halnya saat buang air besar, karena rumah sakitnya menyediakan closet duduk dan itu merupakan suatu hal yang membuat saya terganggu karena saya tidak bisa buang air besar sambil duduk tapi bisanya jongkok. Hahahahaha. Akhirnya mbah mempunyai seribu akal agar saya bisa jongkok. Hahahahaha. Terus waktu itu juga sempet saya mengompol di kasur rumah sakit, tapi kata mbah diem-diem aja bilang aja air tumpah. Hahahaha. Maklum lah anak kecil disuruh begitu pasti iya iya aja dah. Nah ada lagi nih yang lucu, tapi kasian juga sih. Jadi tuh pas siang-siang mbah jidatnya kejedot meja “jedugggg” dengan suara yang keras. Dan seketika orang yang berada disebelah langsung melihat kearah saya dan mbah, lalu menayakan apa yang terjadi namun mbah mnejawab,”Ga kenapa-kenapa, tadi itu jatoh” dan saya hanya diam sambil menahan tertawa karena kelakuan mbah. Hahahaha. Mbah malu kalo sampe orang-orang tau kalau tadi itu suara mbah kejedot meja. Hahahaha. Terus ada nih hikmah dari saya sakit, mau tau apa hikmahnya? Hahahahaha. Ya ga jauh-jauh sih sebenernya, hikmahnya adalah saya dapet banyak uang saat itu. Uang dari orang-orang yang jenguk saya ke rumah sakit, banyak sekali amplopnya saya simpan di bawah bantal, tapi sepertinya mungkin beberapa amplop diambil mama buat disimpen diam-diam. Soalnya saya ga mau kasih uangnya ke mama, maunya saya yang simpen sendiri, maklum kecil-kecil udah kenal uang sama dagang jadi susah deh kalo udah ada uang gitu. Hahahahaha.
            Selama seminggu dirawat, akhirnya saya diperbolehkan untuk pula. Saat persiapan pulang, saya malah sibuk ngitungin uang yang ada di amplop-amplop, lalu ayah meledek saya dengan berkata,”Sini uangnya buat ayah, kan buat bayar rumah sakit kamu ini. Sini bagi ayah” dan dengan enaknya saya menjawab,”Ga ah, ga mau. Orang ini kan uang buat aku, bukan buat ayah” wahahahahaha. Maafin saya ya, maklum masih kecil udah dapet uang banyak tuh seneng banget. Dan beberapa jam kemudian akhirnya saya tiba dirumah dan sampai dirumah ternyata banyak sekali barang-barang baru untuk saya. Senang rasanya, pulang dari rumah sakit melihat banyak mainan baru dirumah, terimakasih mama, ayah dan mbah. Seperti inilah kisah saya dengan dokter, saya lupa wajahnya dokter yang saya gigit tapi saya hanya bisa meminta maaf atas kejadian waktu itu, maafin ya dokter itu kan saya masih kecil khilaf dan pas banget waktu kecil hobinya gigit. Hahahahaha. Padahal gigi saya tuh taring, jadi pasti sakit banget kalau kena gigit, apalagi dokternya ngerasain gigit gemes dan gigit keselnya saya waktu itu. Hahahaha maaf ya dokter.
            Satu lagi nih yang lucu, beberapa lamanya dari kejadian itu. Kan saya masih menyimpan uang pemberian orang yang jenguk waktu itu, dan orang rumah tidak sadar kalau saya masih menyimpan uang sebanyak itu. Dalam jumlah ratusan yang saya pegang, padahal saya masih anak kecil tapi sudah nyimpen uang sebanyak itu. Sampai ternyata uang tersebut tidak lagi laku, karena adanya peredaran uang baru waktu itu. Hahahahaha. Kalau saja tidak ada yang membahas uang tersebut sudah tidak laku lagi, mungkin uang tersebut akan dalam keadaan memang tidak laku lagi. Namun akhirnya uang tersebut dapat ditukarkan ke bank dengan mengganti uang baru. Hahahahaha. Seperti itulah kisah saya waktu kecil, semoga ada pelajaran yang dapat diambil dari kisah kecil saya ini. Terimakasih ya atas kesempatannya membaca artikel ini, jangan bosan-bosan yah berkujung ke blog saya. Ehehehehehe.

Follow my twitter @erieanggraeni

Tidak ada komentar:

Posting Komentar