Rabu, 24 April 2013

Pengaruh Variabel -Variabel Makro Terhadap Pola Konsumsi Masyarakat Indonesia
Pada kesempatan kali ini, saya akan membahas mengenai pengaruh variabel-variabel makro terhadap pola konsumsi masyarakat Indonesia. Sebelum kita membahas lebih lanjut, akan lebih baik jika kita memahami terlebih dahulu apa saja variabel-variabel yang terdapat dalam makro. Setiap orang atau keluarga mempunyai skala kebutuhan yang dipengaruhi oleh pendapatan. Kondisi pendapatan seseorang akan mempengaruhi tingkat konsumsinya. Makin tinggi pendapatan, makin banyak jumlah barang yang dikonsumsi. Sebaliknya, makin sedikit pendapatan, makin berkurang jumlah barang yang dikonsumsi. Bila konsumsi ingin ditingkatkan sedangkan pendapatan tetap, terpaksa tabungan digunakan akibatnya tabungan berkurang.
Demikian pula kemampuan untuk investasi, bila tingkat bunga tinggi masyarakat terdorong untuk lebih banyak menabung dan mengurangi konsumsi. Sebaliknya, bila tingkat bunga rendah orang lebih cenderung menaikkan konsumsi.
1. Variabel – Variabel Ekonomi Makro
Ekonomi makro adalah bagian dari ilmu ekonomi yang mengkhususkan mempelajari mekanisme bekerjanya perekonomian secara keseluruhan. Hubungan yang dipelajari adalah hubungan secara kausal dan fungsional antara variabel – variabel yang agregatif. Adapun variabel – variabel yang dimaksud adalah :
a. Tingkat pendapatan nasional.
b. Konsumsi Rumah Tangga.
c. Investasi nasional (swasta/pemerintah).
d. Tingkat tabungan.
e. Belanja Pemerintah.
f. Tingkat harga – harga umum.
g. Jumlah uang yang beredar (Inflasi).
h. Tingkat bunga.
i. Kesempatan Kerja.
j. APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara)
k. Neraca Pembayaran (Eksport dam Import)
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KONSUMSI
Faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi rumah tangga (masyarakat) adalah:
a)      Faktor – Faktor Ekonomi
Yang termasuk ke dalam faktor – faktor ekonomi adalah :
v  Pendapatan Rumah Tangga ( Household Income )
Biasanya , makin tinggi tingkat pendapatan maka tingkat konsumsinya pun semakin tinggi. Karena ketika tingkat pendapatan meningkat, maka kemampuan masyarakat untuk membeli beraneka ragam kebutuhan konsumsi menjadi semakin besar.
v  Kekayaan Rumah Tangga ( Household Wealth )
Yang termasuk kedalam kekayaan rumah tangga adalah kekayaan riil (misalnya rumah, tanah, dan mobil ) dan finansial ( deposito berjangka, saham, dan surat – surat berharga ). Kekayaan tersebut dapat meningkatkan konsumsi karena menambah pendapatan disposabel.
v  Tingkat Bunga ( Interest Rate )
Tingkat bunga yang tinggi dapat mengurangi keinginan konsumsi. Dengan tingkat bunga yang tinggi maka biaya ekonomi (opportunity cost) dari kegiatan konsumsi akan semakin mahal.
v  Perkiraan tentang Masa Depan ( Household Expectation About The Future )
Jika masyarakat memperkirakan masa depannya makin baik, mereka akan merasa lebih leluasa untuk melakukan konsumsi, sehingga pengeluaran konsumsi cenderung meningkat. Begitupun sebaliknya, jika masyarakat memperkirakan masa depannya makin jelek, mereka cenderung mengambil ancang – ancang dengan menekan pengeluaran konsumsi.
b)                  Faktor Demografi ( kependudukan )
Yang termasuk ke dalam faktor – faktor demografi ( Kependudukan ) adalah :
v  Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi secara menyeluruh, walaupun pengeluaran rata – rata per orang atau per keluarga relatif rendah. Pengeluaran konsumsi suatu negara akan sangat besar, bila jumlah penduduk sangat banyak dan pendapatan per kapita sangat tinggi.
v  Komposisi Penduduk
Komposisi penduduk suatu negara dapat dilihat dari beberapa klasifikasi, diantaranya:
ü  Usia (Produktif dan tidak produktif)
Makin banyak penduduk usia kerja atau usia produktif (15 – 64 tahun), maka makin besar tingkat konsumsinya.Terutama bila sebagian besar dari mereka mendapat kesempatan kerja yang tinngi dengan upah yang wajar atau baik. sebab makin banyak penduduk yang bekerja maka penghasilannya juga makin besar.
ü  Pendidikan (rendah, menengah, tinggi)
Makin tinggi tingkat pendidikan masyarakat maka tingkat konsumsinya pun semakin tinggi. Sebab pada saat seseorang pendidikannya semakin tinggi, mereka tidak lagi sekedar memenuhi kebutuhan makan dan minum melainkan juga memenuhi kebutuhan informasi, pergaulan masyarakat yang lebih baik, serta kebutuhan akan pengakuan orang lain terhadap keberadaannya (eksistensinya). Dan seringkali biaya yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan ini jauh lebih besar dari pada biaya pemenuhan kebutuhan untuk makan dan minum.
c) Faktor Non Ekonomi
Faktor – faktor non ekonomi yang paling berpengaruh terhadap besarnya konsumsi adalah faktor sosial budaya masyarakat, seperti perubahan etika dan tata nilai karena ingin meniru kelompok masyarakat lain yang dianggap lebih hebat (tipe ideal ). Contoh yang paling banyak ditemui di Indonesia adalah berubahnya kebiasaan berbelanja dari pasar tradisonal ke pasar swalayan.
PENGARUH INFLASI TERHADAP KONSUMSI MASYARAKAT
Inflasi adalah salah satu variabel makro yang dapat mempengaruhi pola konsumsi masyarakat Indonesia. Semua pihak ( pemerintah, produsen, perbankan dan masyarakat ) terkena pengaruh yang sama akibat kenaikan inflasi yang pada akhirnya akan menurunkan konsumsi masyarakat. Bagi produsen, pengaruh inflasi yang terus menerus dapat menyebabkan naiknya biaya produksi dalam negeri yang pada akhirnya akan merugikan produsen karena tidak dapat bersaing dengan barang – barang impor. Pada saat inflasi, produsen bisa saja menghentikan produksinya untuk sementara waktu dan melanjutkan kembali produksinya pada saat kondisi telah membaik. Namun pada saat produsen tidak dapat mengikuti laju inflasi yang terus menaik setiap tahunnya ( laju inflasi tertinggi selama 3 tahun terakhir terjadi pada September 2008 yakni sebesar 12,14% ) maka perusahaan tersebut akan menderita kerugian besar dan akhirnya menutup perusahaan (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).
Industri – industri yang terkena dampak paling besar akibat inflasi adalah industri non bahan pokon seperti industri properti, industri hiburan, rekreasi dan barang mewah . Bila Inflasi terus meninggi kemudian perusahaan tersebut ditutup, maka akan hadir beribu – ribu masyarakat berstatus pengangguran baru tanpa penghasilan yang secara tidak langsung turut pula menyumbang angka kemiskinan yang lebih besar lagi. Dengan kondisi harga yang terus melambung tanpa ada pendapatan maka mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan – kebutuhan dengan semestinya dikarenakan daya beli mereka turun. Masyarakat hanya akan mengusahakan agar kebutuhan pangan sebagai prioritas utama dalam belanja rumah tangga dapat terprnuhi. Beberapa komoditas yang mengalami kenaikkan harga antara lain adalah bahan bakar rumah tangga, ikan segar, daging ayam ras, daging sapi, telur ayam ras, ikan diawetkan, tempe, beras, nasi dengan lauk dan banyak lagi termasuk minyak goreng. Sedangkan kebutuhan lainnya, termasuk pendidikan dan kesehatan, tidak masuk dalam prioritas. Untuk mencegah tutupnya perusahaan, maka produsen bekerja sama dengan bank. Dengan harapan mendapatkan pinjaman dana yang akan digunakan untuk melancarkan dan mengembangkan produksinya. Namun bagaimana bank bisa memutar kembali uangnya jika masyarakatnya tidak mau menabung dikarenakan daya beli mereka rendah.
Dan akhirnya, untuk mengatasi hal tersebut, maka campur tangan pemerintah sangat di perlukan demi menstabilkan kondisi perekonomian dengan kebijakan – kebijakannya yang dapat di tempuh untuk mengurangi tingkat inflasi dan menaikkan daya beli masyarakat, dengan begitu masyarakat akan mulai kembali menabung di bank dan produsen tetap dapat memproduksi barang – barang (mungkin sampai ke luar negeri) dengan pinjaman yang didapat dari bank.
DAMPAK – DAMPAK INFLASI
Dampak – dampak yang ditimbulkan akibat inflasi memepengaruhi masyarakat adalah :
a)      Masyarakat yang berpenghasilan tetap
Inflasi sangat merugikan bagi masyarakat berpenghasilan tetap karena harga – harga barang melambung tinggi sedangakan gaji mereka tidak naik. Maka inflasi menyebabkan pendapatan riil seseorang terlihat rendah, karena dengan gaji yang diterima barang atau jasa yang mereka peroleh lebih sedikit dibandingkan sebelum terjadinya inflasi.
b)      Masyarakat yang berpenghasilan tidak tetap
Inflasi tidak akan berpengaruh banyak pada masyarakat yang tidak berpenghasilan tetap karena pendapatan mereka didasarkan pada keuntungan yang didapat dan mereka bisa meminta upah yang disesuaikan dengan tingkat inflasi. Contohnya : pengacara, pengusaha, buruh, dan lain sebagainya.
c)      Dunia Usaha
Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan jika pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan produksinya. Namun jika biaya produksinya lebih besar dari pada pendapatan yang diterima maka produsen tersebut akan dirugikan karena tidak dapat bersaing dengan produk – produk lain. Bagi industri perbankan, inflasi mempengaruhi sikap masyarakat untuk menabung dikarenakan tingkat bunga yang sama terlihat rendah. Bila masyarakat enggan menabung maka dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena untuk mengembangkan usaha para pengusaha dan investor membutuhkan dana dari bank yang didapat dari tabungan masyarakat. Sedangkan dampak inflasi bagi orang yang meminjam di bank sangat menguntungkan karena saat pembayaran utang kepada bank nilai uang lebih rendah pada saat meminjam. Dan bagi pihak yang meminjamkan uang (bank), inflasi merugikan sebab nilai pengembalian uang lebih rendah dibandingkan pada saat peminjaman.
d)     Pemerintah
Bagi pemerintah, inflasi yang tinggi akan menyebabkan terjadinya defisit APBN dan pembayaran bunga serta cicilan utang luar negeri semakin meningkat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar