PERNALARAN
Pernalaran
adalah proses berpikir yang bertolak pengamatan indera (pengamatan menghasilkan
yang empirik) sejumlah konsep dan pengertian. Pernalaran dapat juga diartikan
sebagai data yang menjadi sebuah simpulan. Pernalaran terbagi menjadi dua jenis,
yaitu :
·
Pernalaran Induktif
Pernalaran
yang menghubungkan data-data yang khusus menjadi simpulan yang umum.
Contoh
: Jeruk Pontianak rasanya asam.
Jeruk Mandarin rasanya asam.
Simpulan : Semua jeruk rasanya
asam.
·
Pernalaran Deduktif
Pernalaran
yang menghubungkan data-data yang bersifat umum menjadi simpulan yang khusus
atau fakta yang khusus.
Contoh
: Semua makhluk hidup adalah
ciptaan tuhan.
Manusia adalah makhluk
hidup.
Simpulan
: Manusia adalah ciptaan tuhan.
Pada kesempatan kali ini saya akan membahas
lebih mendalam mengenai pernalaran deduktif. Dalam pernalaran deduktif, terbagi menjadi
dua, yaitu :
1.
Silogisme
Cara
pernalaran yang formal. Pernalaran dalam bentuk ini jarang ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari. Silogisme disusun dari dua proporsi (pernyataan) dan
sebuah konklusi (kesimpulan). Silogisme dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
ü Silogisme
Kategorial
Silogisme yang terdiri
dari tiga proporsi.
Contoh
: Semua manusia membutuhkan
oksigen.
Anto
adalah manusia.
Simpulan : Anto
membutuhkan oksigen.
ü Silogisme
Hipotesis
Silogisme yang terdiri
atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis.
Contoh
: Jika turun hujan saya
menggunakan payung.
Sekarang
turun hujan.
Simpulan
: Saya menggunakan payung.
ü Silogisme
Disjungtif
Silogisme mayornya
premis merupakan keputusan disjungtif sedangkan premis minornya bersifat
kategorik yang mengakui atau mengingkari satu alternatif disebut oleh mayor.
Contoh
: Tono pandai atau bodoh.
Ternyata
Tono tidak bodoh.
Simpulan : Tono
pandai.
2.
Entimen
Silogisme
ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun
lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan. Dan dapat dikatakan
silogisme premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah sama-sama
diketahui.
Contoh
: Semua ilmuan adalah orang
cerdas.
Jaya adalah seorang
ilmuan.
Simpulan : Jaya adalah
orang cerdas.
Jadi, dengan demikian silogisme dapat
dijadikan entimen. Sebaliknya, entimen juga dapat dijadikan silogisme. Untuk
mengubah entimen menjadi silogisme, mulanya kita harus mencari simpulannya.
Kata-kata yang menandakan simpulan ialah jadi, maka, karena itu, demikian, dan
sebagainya. Kalau sudah, kemudian kita tentukan premis.
Sumber :
Nama :
Erie Anggraeni
NPM :
22211455
Kelas :
3EB01